Green Roof Berbasis Estetika Formal-Sensorik Bawa Cindy Fiolita Raih Gelar Doktor Lingkungan UNIKA Soegijapranata
- Dok
Viva Semarang –UNIKA Soegijapranata kembali mencetak Doktor baru dalam bidang lingkungan melalui Ujian Terbuka Promosi Doktoral Cindy Fiolita Graciela S.Ds., M.Ars. yang diselenggarakan di Teater Thomas Aquinas, Rabu (30/7/25).
Dengan disertasi berjudul "Konsep Model Green Roof Berbasis Estetika Formal Sensorik untuk Mendorong Perilaku Ekologis Masyarakat Urban," penelitian ini menawarkan solusi segar bagi krisis ekologi di kota-kota besar.
Dalam disertasinya, Cindy mengungkapkan bahwa krisis ekologi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Semarang terus memburuk. Minimnya ruang terbuka hijau, buruknya kualitas udara, dan peningkatan volume sampah menjadi tantangan serius. Dalam menghadapi persoalan ini, Cindy Fiolita Graciela, melalui Program Doktor Ilmu Lingkungan (PDIL) Fakultas Ilmu dan Teknologi Lingkungan (FITL), Unika Soegijapranata, mengusulkan pendekatan yang tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga menyentuh kesadaran masyarakat.
"Kami percaya bahwa perubahan tidak hanya dapat dilakukan melalui pembangunan fisik semata, namun juga melalui pendekatan estetika yang mampu membentuk kesadaran dan perilaku ekologis masyarakat urban," jelas Cindy
Pemilihan topik green roof didasari pada potensinya yang tidak hanya menawarkan solusi spasial atas keterbatasan lahan, tetapi juga mampu membentuk perilaku manusia melalui pengalaman estetika yang melibatkan seluruh pancaindra.
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi nyata dalam mendorong perlindungan lingkungan secara berkelanjutan dengan memahami bagaimana estetika dapat membentuk relasi antara manusia dan lingkungan.
Estetika Formal-Sensorik: Kunci Transformasi Perilaku
Hasil penelitian Cindy Fiolita Graciela menunjukkan bahwa estetika formal-sensorik pada green roof terbukti mampu mendorong terbentuknya perilaku ekologis masyarakat urban. Desain yang memperhatikan keindahan alami atau "kembali ke alam," dengan melibatkan pancaindra, serta unsur edukasi dan kelokalan, menciptakan relasi yang menghubungkan perilaku ekologis melalui pengalaman, perasaan, dan pemahaman (kognisi).
"Kesadaran inilah yang kemudian tercermin dalam tindakan nyata, seperti pengelolaan sampah, pengurangan plastik, partisipasi dalam kegiatan hijau, hingga rasa tanggung jawab terhadap lingkungan lokal," papar Cindy.
Model konseptual yang diajukan berhasil menunjukkan bagaimana relasi antara manusia dan alam dapat dipulihkan melalui desain green roof yang tidak hanya indah, tetapi juga lokal interaktif, sensorik reflektif, dan edukatif partisipatif.
Lebih lanjut Cindy menjelaskan, estetika green roof tidak hanya menciptakan ruang hijau di tengah kota yang padat, tetapi juga menjadi media transformasi perilaku, terutama ketika diterapkan pada bangunan publik seperti mal, hotel, dan pasar modern.
Penelitian ini memberikan kontribusi strategis bagi para arsitek dan desainer dalam merancang green roof masa depan.
"Kami mendorong agar estetika tidak lagi dipandang sebagai elemen pelengkap, namun sebagai kekuatan yang mampu menyentuh kesadaran ekologis masyarakat dan membawa perubahan nyata demi perlindungan lingkungan perkotaan yang berkelanjutan," tegas Cindy.
Melalui penelitian ini, Cindy berharap dapat menghadirkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana desain estetika formal-sensorik green roof dapat menjadi alat strategis untuk mendorong perilaku ekologis masyarakat urban. Penelitian ini tidak hanya berhenti pada pengamatan visual atau fungsi ekologis semata, tetapi menggali bagaimana elemen-elemen estetika yang melibatkan indra, emosi, dan pemahaman kognitif dapat mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan.
Secara teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi ilmiah bagi pengembangan arsitektur hijau, khususnya dalam merumuskan landasan estetika yang tidak hanya indah secara bentuk, namun juga fungsional dalam mengedukasi dan menginspirasi perubahan perilaku.
Dari sisi praktis, Cindy menyusun sebuah konsep model estetika formal-sensorik green roof yang dapat menjadi panduan bagi arsitek, desainer, dan pengembang dalam menciptakan ruang terbuka hijau yang efektif dalam membangun kesadaran dan perilaku ekologis masyarakat urban.
Cindy Fiolita Graciela menyelesaikan studi doktoralnya dalam jangka waktu tiga tahun, terhitung sejak November 2022 dan lulus ujian tertutup disertasi pada 9 Juli 2025. Dengan temuan dan model ini, diharapkan ke depan lebih banyak bangunan di kota-kota besar yang tidak hanya memenuhi kebutuhan ruang hijau secara fisik, tetapi juga mampu menyentuh kesadaran manusia, memperkuat hubungan antara manusia dan alam demi masa depan lingkungan yangberkelanjutan.
Ketua Program Studi Dokter Lingkungan (PDIL) Unika Soegijapranata, Prof. Dr. Ignasius D.A. Sutapa, M.Sc mengungkapkan bahwa disertasi Cindy Fiolita yaitu konsep model greenroof berbasis estetika formal sensorik untuk mendorong perilaku ekologis masyarakat urban, sangat menarik karena memiliki nilai kebaruan.
Karena pada dasarnya, UN sudah concern bahwa indikasi setidaknya masalah global warming di dunia ini meningkat dengan dinamika aktivitas antropogenik. Mulai aktivitas urban, transportasi, industri dan turunannya. Ini menimbulkan perubahan suhu bumi yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
"Kita tahu bahwa urbanisasi itu meningkatkan perubahan suhu kota-kota di Indonesia. Nah, Green roof itu di negara maju sudah menjadi fenomena umum. mengembalikan kondisi alam, didekatkan sedekat mungkin, walaupun di daerah-daerah yang sangat urbanized. Doktor Cindy ini mencoba melihat, aplikasi atau implementasi green roof ini di daerah urban, khususnya dilakukan di tiga lokasi kajian yang berbeda, yaitu di hotel, mall, dan pasar modern. Secara konseptual, disamping secara praktik green roof ini bisa memperbaiki lingkungan, tetapi juga kajian ini difokuskan untuk mempengaruhi konsep masyarakat agar terinspirasi dan meningkatkan pemahamannya mengenai lingkungan, serta memicu perilaku agar lebih lebih ramah lingkungan," kata Prof Ignasius Sutapa.(TJ)