Jokowi Kunjungi Lahan Padi Biosalin di Pesisir Kota Semarang

Mantan Presiden Jokowi kunjungi lahan padi biosalin di Semarang.
Sumber :

Viva Semarang – Hembusan angin laut membawa aroma harapan baru bagi masyarakat pesisir kota Semarang. Di tengah tantangan abrasi, intrusi air laut, dan alih fungsi lahan yang mengancam ketahanan pangan, terbentang hamparan hijau padi varietas Biosalin. Inilah bukti nyata inovasi teknologi yang memadukan desalinasi air laut dan pengembangan varietas padi tahan salinitas, yang menjadi oase di tengah kegersangan. 

Mantan Presiden Joko Widodo mengunjungi lokasi pengembangan padi biosalin di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu, Sabtu (18/1). Ini menjadi simbol komitmen kuat dalam mendukung pengelolaan lahan salin. 

 

Jokowi menyaksikan langsung proses penanaman padi tahan salinitas, meninjau lahan payau yang berhasil dikelola, serta berdialog dengan para petani yang menjadi garda terdepan dalam mewujudkan kemandirian pangan. 

 

Masyarakat pesisir Semarang memang berjuang menghadapi ancaman nyata berupa air laut yang menyusup ke daratan mencemari air tanah dan lahan pertanian,  serta mengancam produktivitas dan ketersediaan air bersih. 

 

Data Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Mineral Provinsi Jawa Tengah menunjukkan intrusi mencapai 5 kilometer ke daratan. 

 

Selain itu, garis pantai terkikis ombak dan arus laut, menelan lahan produktif, merusak infrastruktur, dan mengancam tempat tinggal warga. Studi citra satelit menunjukkan Semarang kehilangan rata-rata 1 meter garis pantai setiap tahunnya. 

 

Kemudian, laju pembangunan yang pesat mendorong konversi lahan pertanian menjadi permukiman dan industri. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan lahan pertanian di Semarang berkurang 10% dalam satu dekade terkini. 

 

Nelayan dan petani menjadi kelompok paling rentan. Penurunan hasil tangkapan, gagal panen, dan kerusakan infrastruktur  memperburuk kondisi ekonomi dan memperkuat lingkaran setan kemiskinan. 

 

Di tengah tantangan yang kompleks, teknologi Biosalin hadir sebagai solusi terpadu. Teknologi osmosis terbalik mengubah air laut menjadi air tawar untuk irigasi dan kebutuhan air bersih masyarakat, layaknya “mata air” baru yang menghidupkan lahan kering. 

 

Varietas padi tahan salinitas, seperti Biosalin 1 dan 2, dikembangkan melalui riset panjang dan mampu tumbuh optimal di lahan dengan kadar garam tinggi. 

 

Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, menjadi saksi keberhasilan program Biosalin. Panen perdana padi Biosalin 1 dan 2 pada Oktober 2024 lalu menorehkan sejarah baru,  meningkatkan hasil panen dan pendapatan petani. 

 

Keberhasilan Biosalin merupakan buah manis sinergi pentahelix antara Pemerintah Kota Semarang, BRIN, BRIDA, akademisi, pelaku usaha, masyarakat lokal, dan juga media. 

 

Tapi, program Biosalin masih menghadapi beberapa tantangan. Dibutuhkan skema pembiayaan inovatif untuk menekan biaya operasional teknologi desalinasi. Kerja sama Pemkot Semarang dan BRIN untuk menciptakan bibit padi berkelanjutan dengan pola tanaman bibit masif dan tersistem menjadi solusi strategis agar harga bibit terjangkau. 

 

Peningkatan pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam mengelola teknologi Biosalin menjadi kunci. Pelatihan dan pendampingan intensif pun diperlukan. 

 

Penerapan teknologi Biosalin harus memperhatikan dampak terhadap lingkungan dan ekosistem pesisir. Kajian dan monitoring berkala perlu dilakukan. 

 

Kunjungan mantan Presiden Joko Widodo menjadi momentum penting,  menunjukkan dukungan nyata terhadap inovasi yang berpihak pada ketahanan pangan nasional dan peningkatan kesejahteraan petani di tengah tantangan perubahan iklim. 

 

Program Biosalin adalah bukti nyata dalam merajut asa di tengah ganasnya laut, membangun masa depan yang lebih baik. Melalui kolaborasi dan inovasi berkelanjutan, teknologi ini diharapkan membawa perubahan nyata bagi masa depan daerah pesisir Indonesia, mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berdaya tahan.(EF)