Hari Kebaya Nasional, BINUS University Gelar Acara Kebaya: Generasi Z dalam Cultural Fusion
- TJ Sutrisno
Viva Semarang – Kebaya telah lama menjadi simbol keanggunan dan identitas perempuan Indonesia. Bukan sekadar busana, tetapi juga representasi nilai-nilai budaya dan sejarah bangsa.
Sayangnya, di era saat ini banyak anak muda yang lebih tertarik pada fashion modern dan internasional, sehingga kebaya mulai tersisih.
Maka menjawab tantangan ini, BINUS University Semarang berkolaborasi dengan Komunitas Diajeng Semarang menggelar acara 1000 Gen Z Berkebaya dengan tema Cultural Fusion: Kebaya dalam Kreativitas Gen Z.
Acara digelar pada 24 Juli 2024, bertepatan dengan Hari Kebaya Nasional di kampus utama Binus Semarang. Acara ini sengaja diadakan di Semarang karena kaya akan sejarah dan budaya, dengan melibatkan 1000 peserta dari kalangan pelajar, mahasiswa, dosen, dan masyarakat sekitar.
Mereka bersama-sama merayakan dan merevitalisasi kebaya sebagai bagian dari identitas nasional.
"Hari ini kami berkolaborasi dengan BINUS University Semarang untuk menunjukkan kebaya sebagai identitas budaya yang perlu kita lestarikan, khususnya bagi Gen Z dan kami ingin mengedukasi Gen Z untuk mencintai budaya, khususnya batik dan kebaya," kata Maya, Founder Komunitas Diajeng Semarang.
Acara 1000 Gen Z Berkebaya ini dimeriahkan dengan parade kebaya yang memamerkan kebaya kutubaru dan kain batik motif sogan yang memadukan keanggunan tradisional dengan sentuhan modern. Hal ini membuktikan bahwa kebaya bisa tetap stylish dan relevan bagi generasi muda.
Selain itu, parade kebaya ini mendapatkan Rekor MURI yaitu mengenakan kebaya kutubaru dan jarik motif sogan oleh perempuan terbanyak. Piagam rekor tersebut diterima langsung oleh Rektor BINUS University yang menandai pencapaian luar biasa dalam upaya pelestarian kebaya.
"Acara ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga gerakan untuk menginspirasi generasi muda agar lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya Indonesia. Selain itu juga, membuktikan bahwa kebaya bisa menjadi bagian penting dari identitas kita, bahkan di era modern ini. Mari kita dukung dan apresiasi setiap upaya untuk menjaga kebaya tetap relevan dan menjadi bagian dari pendidikan karakter generasi penrus bangsa," jelas Rektor Binus University Semarang, Dr. Nelly, S.Kom., M.M., CSCA.
Acara memeriahkan Hari Kebaya Nasional ini juga diisi dengan talkshow, launching buku, dan kompetisi untuk menunjukkan kreativitas mereka serta membuka wawasan tentang pentingnya kebaya di era modern. Hal ini menjadi ajang unjuk bakat bagi generasi muda yang ingin berkontribusi dalam pelestarian budaya. Selain itu juga, dalam acara ini dimeriahkan oleh alat musik tradisional asal Sulawesi Utara yaitu Kolintang dan alat musik tradisional asal Jawa yaitu Karawitan.
"Kami berharap melalui acara ini, generasi muda dapat mengenal dan mencintai kebaya sebagai warisan budaya Indonesia yang kaya, sambil mengintegrasikan semangat kolaborasi dan teknologi industri 4.0," tambah Direktur Kampus BINUS University Semarang, Dr. Fredy Purnomo, S.Kom., M.Kom.(TJ)