Pegiat Lingkungan FORSEPSI Konsolidasi di Pegadaian Semarang, Konversi Sampah Menjadi Emas!

Konsolidasi FORSEPSI, gerakan konversi sampah menjadi emas.
Sumber :
  • TJ Sutrisno

Viva Semarang – Para pegiat lingkungan yang fokus pada pengelolaan bank sampah berkumpul di Kantor PT Pegadaian Wilayah IX Semarang, pada Rabu (23/7/2025). Mereka tergabung dalam FORSEPSI (Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia) dari beberapa daerah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

FORSEPSI adalah wadah bagi para penggiat lingkungan, komunitas peduli lingkungan, dan Bank Sampah binaan PT Pegadaian untuk bersama-sama mengatasi krisis sampah di Indonesia.

Dalam konsolidasi wilayah FORSEPSI tersebut, dibahas mengenai program MengEMASkan Sampah Untuk Indonesia", yaitu memilah sampah agar bermanfaat secara ekonomi dan dikonversikan lewat Bank Emas Pegadaian.

Hadir juga dalam acara tersebut, Arwita Mawardi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang yang sambutan sekaligus arahan.

Arwita menjelaskan, masyarakat perlu digerakkan untuk semakin sadar lingkungan, dari yang paling kecil adalah memilah sampah dari rumah. 

"Di Kota Semarang ini sampah sudah mencapai 1.200 ton ter hari. Maka selain menambah kapasitas TPA maupun membuka TPA baru, maka perlu meminimalisir sampah ke TPA dengan memilahnya sejak dari rumah. Ibu Wali Kota sudah membuat surat edaran terkait gerakan pilah sampah dari rumah, yang mengajak masyarakat terlibat aktif dalam mengelola sampah dengan dibantu oleh Tim Penggerak PKK," jelasnya.

Daru hasil pilah sampah itu, lanjutnya, maka bisa dijual lewat bank sampah terdekat yang selanjutnya hasil penjualan bisa ditabung, termasuk ke bank emas.

Kepala Pegadaian Kanwil XI Semarang, Edy Purwanto mengatakan, program MenEmaskan Sampah Untuk Indonesia ini adalah untuk menarik minat warga agar bisa peduli lingkungan dengan memilah sampah, sekaligus bermanfaat secara ekonomi.

"Kita ingin sampaikan bahwa saat ini membuang sampah itu sama dengan membuang emas. Karena, dengan memilah sampah, kita akan mendapatkan manfaat karena sampah ini bisa dijual ke bank sampah di area masing-masing, lalu bisa dikonversikan menjadi emas lewat mekanisme Bank Emas Pegadaian," jelas Edy.

Ia menambahkan, Pegadaian punya aksi nyata untuk memberdayakan masyarakat baik dari sisi ekonomi, kreativitas, dan banyak faktor yang bisa didorong ke situ.

"Untuk itu, FORSEPSI diberi wadah untuk berkonsolidasi di sini barangkali ada masukan-masukan baru tentang bagaimana mengelola sampah, bisa jadi listrik, bisa jadi maggot, bisa jadi barang kerajinan, bagaimana cara mengemasnya, dan bagaimana mengolahnya," kata Edy.

Bagaimana sampah ini bisa dikonversikan menjadi emas, Edy mengungkapkan bahwa pada saat orang memilah sampah, kemudian yang bernilai ekonomi diserahkan ke bank sampah, maka langsung diganti dengan uang. Dan karena menyimpan uang ini makin lama makin habis, sementara masyarakat perlu saving, maka salah satu wujudnya adalah dengan menyimpannya dalam bank emas.

"Ini lebih menguntungkan karena nilai emas akan terus bertambah, sedangkan kalau disimpan dalam bentuk uang, nilainya berpotensi turun karena inflasi," jelasnya.

Sementara itu, salah satu anggota FORSEPSI dari Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta, Yatin, mengaku senang bisa ikut dalam konsolidasi ini. Ia merasakan manfaat karena bisa saling berkomunikasi dan berkonsolidasi dengan sesama pegiat bank sampah sehingga memperkaya wawasan untuk mencari cara-cara baru dalam memaksimalkan pengelolaan pilah sampah.

"Kita selama ini membantu warga dalam memaksimalkan sampai menjadi lebih bernilai secara ekonomi. Alhamdulillah, dengan bantuan pembinaan dari Pegadaian, kita bisa lebih maksimal, dan banyak warga yang mengkonversi hasil menjual sampah menjadi emas lewat Bank Emas Pegadaian," jelas Yatin.(TJ)