Tiga Dalang Dalam Satu Layar, Unissula Gelar Pementasan Wayang Spektakuler

Pementasan wayang spektakuler fi Unissula Semarang.
Sumber :
  • Dok

Viva SemarangUnissula gelar pementasan wayang kulit yang spektakuler. Acara yang digelar pada Sabtu, 9 Agustus 2025 malam ini, menghadirkan 3 dalang sekaligus dalam satu layar. Masing-masing adalah Ki Bayu Aji Pamungkas, Ki Sri Kuncoro, dan Prof. Dr. KPH. Yanto yang juga Hakim Agung MA RI dan Guru Besar Fakultas Hukum Unissula.

Turut hadir dalam acara ini adalah Ketua Pembina Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung, Drs. Ahmad Azhar Combo, beserta jajaran, Wakil Rektor I, II, dan III, serta para dosen dan karyawan Unissula.

Kemeriahan makin terasa dengan kehadiran sinden legendaris, Endah Laras. Pementasan ini membawakan lakon "Wahyu Makutharama".

Unissula Semarang gelar wayang tiga dalang.

Photo :
  • TJ Sutrisno

Rektor Unissula, Prof. Dr. Gunarto, S.H., M.H., dalam sambutannya menegaskan komitmen Unissula dalam merawat dan melestarikan budaya, terutama wayang kulit yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Ia menekankan bahwa melestarikan seni wayang adalah tanggung jawab bersama agar terus lestari dan bisa diwariskan ke generasi mendatang.

"Wayang sudah menemani perjalanan bangsa Indonesia selama ribuan tahun. Wayang bukan sekadar seni pertunjukan biasa, karena menyatukan berbagai kalangan, dari penegak hukum, akademisi, eksekutif, legislatif, hingga masyarakat umum dari berbagai latar belakang budaya, suku, bangsa, dan agama," ujar Prof. Gunarto.

Pementasan wayang, lanjuynya, memiliki makna yang mendalam, karena wayang secara historis terbukti menjadi media pendidikan moral dan budi pekerti, bahkan media dakwah yang mampu merangkul semua pihak tanpa menimbulkan perpecahan, seperti yang dicontohkan oleh Sunan Kalijaga.

Pemilihan lakon "Wahyu Makutharama" dianggap sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, yang membutuhkan pemimpin transformatif di setiap lini. Wahyu ini merujuk pada tuntunan ilahiah bagi para pemimpin, berupa pengetahuan, kebijaksanaan, dan budi pekerti luhur.

Seorang pemimpin, menurut lakon ini, harus memiliki sifat-sifat alam: matahari yang menumbuhkan harapan, bulan yang menerangi kegelapan, bintang penunjuk arah, mendung yang berwibawa, bumi yang kokoh, samudra yang luas menampung aspirasi, api yang berani menegakkan kebenaran, serta angin yang menjangkau seluruh tempat.

Nilai-nilai ini sejalan dengan ajaran Islam, yaitu Shidiq (benar), Amanah (dapat dipercaya), Fathonah (cerdas), dan Tablig (komunikatif). "Seorang pemimpin tidak dapat menjalankan kepemimpinannya dengan baik tanpa dukungan masyarakat," jelasnya.(TJ)