Jaga Ketahanan Pangan, Pemkab Semarang Ciptakan Petani Muda Potensial

Sekolah Tani Milenial Ciptakan Petani Muda Potensial
Sumber :

Semarang – Ketahanan Pangan saat ini menjadi prioritas guna menjaga kehidupan tetap berjalan. Namun ironisnya saat ini jumlah petani justru semakin menurun dan tidak sebanding dengan luas lahan pertanian yang ada. Untuk mempertahankan sektor pertanian, Pemkab Semarang saat ini membuka sekolah tani milenial yang ditujukan bagi anak anak muda, agar bisa menjadi petani muda potensial di berbagai klaster pertanian dan secara agrobisnis.

Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang Edy Sukarno mengatakan saat ini hanya sekitar satu persen anak muda yang berminat menjadi petani. Berdasarkan data statistik petani muda di Kabupaten Semarang ada diangka 11,8 persen. Angka tersebut terbilang kecil. Sedangkan untuk petani diatas 45 tahun 77,8 persen. Apalagi setiap tahun penurunan profesi petani juga terus terjadi.

" Dari data sensus pertanian 2013 ke 2023 mengalami penurunan hingga 10 persen lebih. No farmer, no food, no live. Ini yang perlu diwaspadai. Sehingga kami Pemerintah Kabupaten Semarang hadir untuk memberikan fasilitas untuk para milenial bisa bergabung di sekolah tani. Tahun ini ada 540 peserta sudah angkatan ke delapan," ujarnya saat pembukaan sekolah tani milenial di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Ditambahkan oleh Edy, Sekolah tani milenial memiliki enam cluster yang menjadi fokus para peserta sekolah tani milenial. Ada 12 sesi sekali pertemuan 40 peserta dengan teori, praktik, hingga ekonomi digitalisasi. 

" Ini gratis. Justru petani milenial ini kita kasih uang transportasi. Karena memang dari 19 kecamatan para peserta ini. Kita pusatkan di Getasan," ungkapnya.

Salah satu mentor sekolah tani milenial Shofyan Adi Cahyono mengatakan para pemuda yamg tergabung dalam petani milenial diajarkan beberapa cluster tanaman pangan seperti padi, jagung, singkong. Cluster holtikultural sayuran, tanaman hias. Cluster perkebunan kopi, cengkeh, teh. Cluster pembuatan pupuk organik, hingga olahan pangan dan pertanian dengan konsep argowisata. 

" Sehingga para petani milenial nantinya bisa fokus pada tujuannya. Potensi di Kabupaten Semarang saat ini sangat tinggi. Memang harus digugah semangat para petani yang semakin minim,"ujarnya.

Sementara itu, Bupati Semarang Ngesti Nugraha yang membuka secara langsung sekolah tani milenial mengungkapkan keresahannya mengenai kestabilan harga hasil produk pertanian.

" Disini kami ajarkan bagaimana pertanian yang modern dan organik. Sehingga kualitas sayur bisa menjangkau kalangan atas dan memiliki harga yang tinggi. Ini karena harga sayur mayur non organik, saat ini sedang jatuh. Sehingga menyebabkan kerugian pada petani," terangnya.

Ngesti menambahkan, saat ini berbagai inovasi terus dilakukan Pemkab Semarang untuk mengembangkan dunia pertanian, yerutama menarik minat anak anak muda untuk bertani.

" Kita harus bisa menjamin bahwa harga hasil produk lertanian memiliki nilai jual yang baik dan stabil. Sayur mayur dan hasil pertanian organik memiliki harga yang baik dan stabil, sehingga kita dorong untuk berubah ke arah lertanian organik," tutup Bupati.