Sampah Di Lokasi Wisata Jadi Perhatian, KLHK Ajak Wisata Bebas Sampah
Semarang – Sampah dilokasi wisata saat ini menjadi polemik bagi semua pihak termasuk di sejumlah jalur pendakian dan perkemahan di gunung gunung yang ada di Indonesia. Permasalahan sampah ini tidak akan bisa selesai jika semua pihak tidak membangun kesadaran untuk mengurangi sampah, baik sampah organik maupun sampah non organik.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati mengajak masyarakat untuk tidak menghasilkan sampah di tempat wisata. Termasuk di Taman Nasional atau kawasan konservasi alam lain, seperti gunung-gunung.
" Indonesia yang sudah terkenal dengan keindahan alamnya, nantinya diupayakan tidak ada sampah. karenanya perlu edukasi kepada masyarakat untuk tidak mengasilkan sampah di tempat wisata," ujarnya saat dijumpai usai penutupan kegiatan Zero Waste Adventure Camp di kawasan wisata alam Taman Nasional Gunung Merbabu di Kalipasang Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, Minggu (3/03/2024).
Kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2024, dengan tujuan menciptakan generasi dengan budaya baru dalam beraktivitas di alam bebas tanpa sampah. Kegiatan bermanfaat ini berlangsung selama 3 hari dari tanggal 1 sampai 3 Maret 2024.
Kegiatan Zero Waste Adventure Camp ini diikuti oleh 110 peserta yang terdiri dari peserta Umum dan Mapala 41 peserta, Pramuka 32 peserta serta Mitra TN Merbabu 38 peserta.
" Kemah selam tiga hari ini diikuti ratusan orang dari berbagai daerah dalam rangka peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2024 yang mengangkat tema "Atasi Sampah Plastik Dengan Cara Produktif"," imbuhnya.
Rosa juga menambahkan, kegiatan ini bertujuan untuk membangun budaya baru aktivitas bertualang di Indonesia tanpa menghasilkan sampah.
" Dengan kegiatan ini, kami mengedukasi kepada para pecinta alam untuk tidak menghasilkan sampah di tempat wisata Taman Nasional ini. Karena kita sering mendapatkan berita, ketika pecinta alam ini naik gunung tetapi menghasilkan sampah. Karenanya kita tidak mau sperti itu," tambahnya.
Dengan format kegiatan yang dilaksanakan di alam bebas, semua peserta mendapat kesempatan untuk menginap selama dua malam menggunakan tenda. Bahan makanan dan minuman yang dipakai untuk penyediaan konsumsi, tidak menggunakan kemasan plastik, sehingga tidak menimbulkan sampah non organik.
" Selama berkemah itu, para remaja pecinta alam diajari naik gunung dan berkemah tetapi tidak menghasilkan sampah. Meski memasak makanan di tempat, tetapi tetap tidak mengahsilkan sampah karena bahan-bahan yang digunakan memasak dari bahan yang dibawa tidak dikemas dengan plastik," terangnya.
"Kita harus merubah paradigma atau pola pikir masyarakat tidak dengan metode kumpul, angkut, buang, tetapi mengurangi sampah. Ke depannya diharapkan kegiatan seperti ini rutin setahun tidak hanya sekali diselenggarkan di taman-taman konservasi yang lain di Indonesia. Supaya Indonesia bersih dari sampah (zero waste)," katanya.
Mengenai kondisi sampah di Indonesia saat ini mentargetkan tahun 2025 semua sampah terkelola 100 persen. Dari jumlah itu, 30 persen sampah terkurangi, dan 70 persen tertangani.