Lima Sekolah Semarang Perkuat Ketangguhan Iklim dengan Program OASIS Schoolyard

Pembukaan OASIS Schoolyard di Semarang.
Sumber :
  • TJ Sutrisno

"Ini adalah bagian penting dalam mewujudkan visi kota tangguh, kota yang mampu beradaptasi dan bangkit dari tantangan perubahan iklim,";kata Luthfi yang juga Chief Resilience Officer itu, saat pembukaan dan pelatihan Program OASIS Schoolyard di SD Marsudirini Gedangan Kota Semarang, Senin (23/9/24).

Cawabup Kudus Bellinda Blusukan ke Pasar, Pengamat: Memang Dekat dengan Wong Cilik

Lima sekolah yang terpilih, yaitu SD 01 Gebangsari, SDN Kaligawe, SD Marsudirini Gedangan, MI Darul Ulum Ngaliyan, dan MI Mirfaul Ulum. Semua akan menjalankan program selama enam bulan, dari September 2024 hingga Februari 2025.

Program ini mencakup asesmen iklim dan pengetahuan sekolah, pelatihan serta pendampingan implementasi pendidikan perubahan iklim yang kontekstual, dan perancangan area luar sekolah melalui design sprint yang melibatkan seluruh warga sekolah.

Tips Traveling Murah ke Banyuwangi dari Semarang, Naik Kereta Api Cuma Rp 109 Ribu

Pelatihan yang diberikan diharapkan juga dapat membantu sekolah terpilih untuk meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata, program Kementerian Lingkungan Hidup yang bertujuan untuk membentuk komunitas sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup.

"Kami bangga mendukung Program OASIS Schoolyard karena sejalan dengan komitmen kami untuk mendukung keberlanjutan dan kesejahteraan generasi mendatang," ujar Soegiono, Direksi Marketing PT. Global Dairi Alami.

Keindahan Culture Night Festival UKSW Pukau Ribuan Warga Salatiga

Program ini menjadi esensial karena Semarang menghadapi tantangan perubahan iklim yang serius, seperti penurunan permukaan tanah tertinggi kedua1 di dunia hingga 8 cm per tahun2, akibat pengambilan air tanah dan pembangunan pesat. Selain itu, suhu rata-rata kota di dunia meningkat 5-7ÂC3 dalam tiga tahun terakhir, menjadikannya salah satu kota terpanas di Indonesia.

Banjir bandang yang dipicu cuaca ekstrem telah mempengaruhi banyak sekolah, termasuk kejadian pada Maret 2024 yang berdampak pada 1294 sekolah di Semarang. Dampaknya meliputi penutupan sementara, peralihan ke pembelajaran daring, kerusakan fasilitas, dan meningkatnya penyakit seperti demam berdarah dan kolera.

Halaman Selanjutnya
img_title