Doa Lintas Agama di Rawapening: Lentera Harapan untuk Indonesia
Viva Semarang – Langit malam Rawapening, tampak berkilau tak hanya oleh bintang, tetapi juga cahaya ratusan lentera yang dibawa berjalan perlahan menuju bibir danau. Sekitar 100 orang dari Komunitas Cinta Damai Kabupaten Semarang terdiri dari tokoh lintas agama, seniman, hingga pegiat sosial menyatukan langkah dalam prosesi doa lintas agama, pada Senin(1/9/2025) malam.
Dengan menggenggam lentera kecil di atas replika bunga teratai, mereka menyimbolkan cahaya harapan bagi Indonesia agar tetap damai di tengah riuh persoalan bangsa. Prosesi ini juga menjadi seruan agar pemerintah mampu mengambil keputusan secara bijak, adil, serta tetap berpegang pada konstitusi. Masyarakat pun diajak menjaga ketenangan hati, berpikir jernih, dan tidak terjebak pada provokasi informasi yang belum jelas kebenarannya.
Suasana hening sejenak ketika doa dipanjatkan oleh perwakilan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Dari tengah lingkaran doa itu, harapan pun terucap.
“ Semoga bangsa ini terbebas dari kebencian, konflik, dan buruk sangka. Doa kami agar rakyat hidup sejahtera dan para pemimpin diberi kearifan dalam mengambil keputusan,” demikian Doa dan hataoan yang diutarakan salah satu tokoh lintas agama.
Romo Pujiyanto, Ketua Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI) Jawa Tengah, turut menegaskan alasan Rawapening dipilih sebagai lokasi perenungan.
“ Air adalah sumber kehidupan, dan bunga teratai dengan cahaya kerlap-kerlip melambangkan semangat untuk menerangi kegelapan,” ungkapnya.
Usai doa bersama, 100 lentera dilarung ke permukaan danau, diikuti pelepasan 35 lampion ke langit malam. Momen ini kian khidmat ketika para peserta membacakan Maklumat Rawapening, berisi keprihatinan atas kondisi bangsa sekaligus doa agar para pemimpin tetap setia pada konstitusi, menjaga keluhuran, serta menegakkan NKRI. Mereka juga menyampaikan simpati dan duka mendalam untuk para korban yang meninggal maupun terluka dalam gelombang demonstrasi di berbagai kota.