Keren, Pemeran Urban Farming di Ajang Semarang Agro Expo

Pameran Semarang Agro Expo 2023.
Sumber :
  • TJ Sutrisno

Semarang – Beragam hasil urban farming dipamerkan di ajang Semarang Agro Expo (SAE) di Taman Indonesia Kaya Kota Semarang, yang berlangsung dari tanggal 17 hingga 19 November 2023. Beragam hasil pertanian yang ditanam di lahan sempit perkotaan, dipajang di stand pameran dari seluruh kecamatan di Kota Semarang, serta lembaga pendidikan.

Wamentan RI Apresiasi Pemkot Semarang Galakkan Urban Farming untuk Perkuat Ketahanan Pangan Dalam Negeri

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu saat membuka pameran mengatakan, pertanian perkotaan harus didukung penuh agar melahirkan petani muda dengan produk-produk yang unggul. Mbak Ita, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa dorongan melalui teknologi dan inovasi merupakan salah satu contohnya. Menurutnya, itu dilakukan lantaran menyesuaikan era digitalisasi.

"Harus dikolaborasikan dengan teknologi dan inovasi. Sekarang ada toko TPID Pandawa Kita yang akan menampung hasil-hasil pertanian dari Kota Semarang. Nanti juga ada Warak Semar kepanjangan Warung Rakyat Kota Semarang," kata Mbak Ita, saat membuka Semarang Agro.

Musim Paceklik, Mbak Ita Bantu Nelayan Dengan Paket Sembako

Mbak Ita mengungkap alasan melakukan program pertanian perkotaan lantaran keadaan lahan-lahan di Kota Semarang telah banyak yang berkurang. Terutama di kawasan Semarang bagian atas.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang, lanjutnya, faktor anak-anak muda enggan terjun ke dunia pertanian menjadi penyebabnya.

Kabar Gembira, Naik Bus Trans Semarang Cukup Bayar Rp1.000, Syaratnya Bayar Pakai QRIS

"Lahan-lahan pertanian di Kecamatan Mijen dan Kecamatan Gunungpati berkurang, mungkin sebabnya para pertani kurang mewarisi lagi, karena mungkin tidak ada daya tarik lagi untuk menjadi petani," ungkapnya.

Oleh karena itu, dia menyebut teknologi dan inovasi penting untuk mendorong semangat anak-anak muda menjadi petani. Selain upaya menyelamatkan lahan, juga menjadi ladang menciptakan produk pertanian unggulan.

"Kalau anak-anak muda tertarik menjadi petani maka lahan-lahan pertanian tidak akan berkurang luasnya," katanya.

Termasuk, tambah Mbak Ita, mengupayakan pemanfaatan lahan-lahan pertanian yang tandus maupun visibel agar dikelola melalui Dinas Pertanian Kota Semarang. Di sisi lain, kelompok wanita tani (KWT) juga didorong bisa menjual hasil panennya ke skala lebih luas.

"Kelompok-kelompok tani akan bisa melakukan jual beli secara cepat, apalagi milenial ini bicaranya digitalisasi, semuanya butuh cepat. Kalau hasilnya lebih, maka anak-anak muda akan senang menjadi petani. Ini bisa membuat pertanian Kota Semarang go global," katanya.(TJ).