Ribuan Warga Kota Semarang Tumpah Ruah Saksikan Tradisi Dugderan Sambut Ramadan
- TJ Sutrisno
Viva Semarang – Dugderan adalah tradisi menyambut datangnya bulan suci Ramadan yang telah berlangsung lebih dari satu abad di Kota Semarang.
Tahun ini, Dugderan kembali digelar dengan meriah. Ribuan warga tumpah ruah di tepi jalan unti meyaksikan arak-arakan Dugderan dari Balai Kota ke Masjid Agung Kauman.
Ribuan peserta kirab datang dari seluruh kecamatn di Kota Semarang ditambah barisan dari berbagai sekolah. Ada yang mengenakan pakaian adat Semarangan hingga membawa patung warak ngendog, sebagai simbol akulturasi budaya di Kota Semarang.
Dugderan dipimpin Agustina, Wali Kota Semarang. Ia memerankan Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum yang mengenakan kebaya berwarna merah. Sementara wakilnya, Iswar Aminuddin mengenakan baju khas Semarangan berwarna abu-abu.
Tradisi Dugderan di Kota Semarang sambut Ramadan.
- TJ Sutrisno
Prosesi Dugder ditandai dengan pemukulan bedug oleh Agustina bersama jajaran Forkopimda sebagai tanda datangnya bulan suci Ramadan.
Sosok pemimpin baru Kota Semarang itu memang menjadi magnet masyarakat. Selama tahapan Dugder, Agustina dan Iswar menjadi pusat perhatian.
Agustina - Iswar disambut flash mob ratusan siswa sekolah. Sebelum melepas kirab, Agustina-Iswar memecahkan kendi sebagai pertanda kirab dimulai.
Agustina-Iswar kemudian menaiki kereta kencana, diikuti seluruh kepala OPD dan Forkopimda menuju Masjid Agung Kauman Semarang (MAS). Sesekali Agustina menyalami warga yang antusias menyapa dirinya.
Di MAS, dilakukan prosesi pembacaan Suhuf Halaqoh tanda masuknya bulan suci Ramadan, serta pembagian roti ganjel rel di Alon-Alon Semarang. Pasca dari MAS, rombongan melanjutkan perjalanan ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
"Ini adalah tradisi tahunan jelang Ramadan. Semarang ini terdiri dari berbagai macam etnis, dan kebudayaan yang disatukan," kata Agustina.
Warak Ngendog merupakan hewan mitologi sebagai simbol dari akulturasi budaya yang ada di Semarang. Ada etnis Jawa, Arab, Melayu serta Tionghoa. Sebuah simbol yang menandakan Kota Semarang memiliki toleransi tinggi.
Menurut Agustina, Dugderan bisa menjadi tradisi yang mengangkat pariwisata Kota Semarang. Pengemasan yang semakin baik akan menjadi magnet wisatawan lokal maupun manca negara.
"Dugderan ini unik dan keren, keterlibatan masyarakatnya luar biasa. Ini bisa mengangkat nama Kota Semarang," jelasnya.