Renyahnya Jajanan Nostalgia Bernama Ampyang

Pembuat ampyang di Salatiga Jateng.
Sumber :
  • TJ Sutrisno

Salatiga – Mengudap ampyang itu seperti memutar film jadul. Sejak masuk SD ampyang itu sudah jadi bekal jajan saat sekolah. Makanya, ketika perkembangan dunia wisata kuliner begitu pesat dengan aneka variasi makanan yang "neko-neko", ampyang hadir jadi penyeimbang sekaligus pengobat rindu.

Kampanye di Semarang, Luthfi-Yasin Gelar Doa untuk Jawa Tengah

Ampyang itu makanan yang bahannya dari gula jawa dan kacang tanah. Makanya disebut juga gula kacang. Di Jawa Tengah, beberapa daerah membuatnya dengan ciri khas masing-masing. Salah satunya di Kota Salatiga.

Di sini ampyangnya diberi tambahan jahe, jadi aromanya seger dan ada pedasnya. Mengapa begitu?

Andika-Hendi Siagakan Satgas Anti Politik Uang Jelang Hari Pencoblosan

"Salatiga itu kota persinggahan, dari Semarang mau ke Solo atau sebaliknya, orang biasanya mampir dulu di Salatiga dan beli makanan. Kebetulan juga Salatiga kan hawanya sejuk, jadi banyak makanan di sini yang pakai campuran jahe supaya terasa hangat," kata seorang kawan yang juga pegiat wisata kuliner di Salatiga.

Saat perjalanan liputan di Salatiga, saya sempatkan berburu ampyang. Sebenarnya, mencari ampyang di sini itu mudah. Masuk saja ke toko oleh-oleh, tinggal bayar dan bawa pulang. Tapi bagi saya itu jelas gak asik. Terlalu mainstream. Beda kalau lihat dulu cara bikinnya, lalu mengudapnya selagi masih fresh betul. Itu baru "marem", kata orang sini.

Pidato di Kampanye Luthfi-Yasin Jokowi, Zulkifli Hasan: Lanjutkan Keberhasilan Jokowi!

Makanya, saya pilih blusukan ke Pasar Salatiga. Di bagian belakang ada beberapa kios kecil yang membuat ampyang. Dari meracik bumbu hingga mencetak ampyang, semua dilakukan di situ. Salah satunya adalah kios ampyang Bu Bekel.

"Ini sudah lama jualannya, puluhan tahun. Ya mbuatnya langsung di sini, jadi orang kan bisa lihat langsung prosesnya, dan mengudap saat baru saja kering," kata pemilik kios ampyang Bu Bekel di Pasar Salatiga.

Membuat ampyang sebenarnya simpel dan sederhana. Tinggal disendok lalu dikeringkan di papan yang dilapisi plastik. Tapi, meracik bahan yang pas serta mengukur tingkat kematangan kacang dan gula, itu yang butuh pengalaman.

"Kalau kacangnya belum matang ya nanti melempem, tapi kalau kematangan malah jadi gosong agak pahit. Gulanya juga begitu, kalau kepanasan nanti hasilnya jadi terlalu hitam dan pahit," kata Bu Bekel.

Kacang yang dipakai kacang lokal. Gulanya dari nira aren asli yang dicampur gula nira kelapa. Tidak boleh dicampur gula pasir karena nanti gampang meleleh kalau berada di suhu yang agak panas. Proses pembuatan ampyang memakan waktu lebih dari 1 jam.

Awalnya memanaskan gula aren dan gula kelapa agar meleleh dan jadi adonan cair. Diaduk terus agar tidak gosong pinggirannya. Setelah itu dimasukkan tumbukan jahe hingga aromanya harum. Baru kemudian kacangnya masuk. Diaduk terus hingga tingkat kematangannya pas benar.

Setelah didiamkan sesaat sampai panasnya sedikit turun, baru masuk proses pencetakan. Adonan berisi kacang dan gula diambil pakai sendok lalu dilelerkan pada nampan berlapis plastik. Dideretkan begitu sampai nampannya penuh. Nanti ampyangnya akan kering sendiri dan siap untuk dikudap.

Ampyang Salatiga ini nggak pelit kacang. Kalau di tempat lain kadang dalan satu ampyang kacangnya cuma beberapa butir, kalau ampyang Salatiga kacangnya penuh dan bertumpuk. Jadi, antara rasa manis gula nira dengan gurihnya kacang itu seimbang. Beruntung saya bisa mencicipi ampyang yang fresh dan baru saja matang dan kering. Kacangnya "menthes". Artinya digigitnya kres. Gulanya yang bercampur jahe terasa manis alami, dengan taste pedas yang hangat.(TJ).