Desa Adat Wae Rebo: Surga di Atas Awan yang Memukau di Flores
- IG pesona.indonesia
- Upacara Penti: Upacara adat tahunan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan dan leluhur atas hasil panen dan rezeki yang melimpah.
- Tarian Caci: Tarian perang tradisional yang dimainkan oleh dua laki-laki, menggunakan cambuk (larik) dan perisai (ta'ang). Tarian ini melambangkan sportivitas dan ekspresi kegembiraan.
- Kerajinan Tenun: Para wanita di desa ini piawai menenun kain dengan motif Manggarai yang khas, menjadikannya oleh-oleh otentik bagi wisatawan.
Kearifan lokal lainnya terlihat dari sistem sosial yang harmonis, di mana setiap keluarga di desa tinggal dalam satu Mbaru Niang. Air bersih pun didapat dari mata air alami yang disebut Sosor, yang terbagi menjadi Sosor Pria dan Sosor Wanita.
Sejarah Singkat Desa Wae Rebo
Menurut tradisi lisan, desa ini didirikan oleh Maro, seorang leluhur yang merupakan keturunan Minang dari Sumatera Barat. Setelah berpetualang dan berpindah-pindah, Maro akhirnya mendapatkan ilham untuk menetap di sebuah lembah yang kini menjadi Wae Rebo. Masyarakat meyakini bahwa tujuh Mbaru Niang yang ada saat ini adalah simbol penghormatan terhadap tujuh arah gunung yang mengelilingi dan melindungi desa. Pada tahun 2012, UNESCO mengakui Desa Wae Rebo sebagai Warisan Budaya Dunia berkat arsitektur dan budaya tradisionalnya yang unik.
Rute dan Lama Perjalanan dari Labuan Bajo