Kisah Desa Brongkol Menjaga Asa dan Meraih Sejahtera dengan Kopi dan Durian

Buah kopi Gunung Kelir Desa Brongkol Kabupaten Semarang
Sumber :
  • TJ Sutrisno

 

Deretan kedai durian di Desa Brongkol,Kabupaten Semarang.

Photo :
  • TJ Sutrisno

 

Durian yang terpanjang tampak menggiurkan. Ada yang berukuran sedang ada juga yang besar. Begitu masuk kedai, aroma harum durian langsung tercium.

"Ini namanya durian awalan. Artinya durian yang dipanen pada awal musim. Meski belum begitu banyak, tapi durian awalan ini rasanya lebih manis, teksturnya juga legit. Karena kan selama berbunga dan menjadi buah jarang terkena hujan sehingga kadar airnya sedikit," kata Bu Mirah.

Di dalam kedai milik Bu Mirah ini, ada dipan kayu yang berfungsi untuk makan durian secara lesehan bagi pembeli. Di setiap pojok dipan ada tempat untuk menampung kulit dan biji durian yang sudah dimakan.

Awal musim durian, kata Bu Mirah, adalah masa saat harga durian bagus. Masih cukup tinggi karena jumlah durian yang dipanen juga masih terbatas. Nanti kalau masa puncak durian tiba, stok durian akan berlimpah, dan harga durian pun menyesuaikan, jadi lebih murah.

"Yang ini ukuran besar sedang harganya antara seratus hingga seratus lima puluh ribu, kalau yang pojok besar panjang itu super ya, harganya dua ratus ribu per buah. Nah, kalau yang agak kecil ini, seratus ribu dapat tiga, tapi meskipun kecil isinya tebal dan manis," jelas Bu Mirah.

Saat puncak musim seperti yang penulis pernah saksikan sebelumnya, ada banyak kedai durian yang berderet-deret di tepi jalan. Biasanya di bulan Januari hingga Februari. Sepeda motor warga bermuatan durian hilir mudik dari kebun menuju ke Pasar Brongkol. Di pasar sudah ada pembeli eceran maupun pedagang pemborong yang sudah menunggu.