Mengejutkan, Speling Deteksi 6,7 Persen dari 37 Ribu Warga Jawa Tengah Mengalami Gangguan Jiwa

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar.
Sumber :
  • Dok

Viva Semarang – Program dokter spesialis keliling (Speling) Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menjangkau 37.000 warga selama tahun 2025. Hasilnya cukup mengejutkan, karena 6,7 persen atau sekitar 2.479 orang diantaranya terdeteksi mengalami gangguan kejiwaan, mulai dari kategori ringan hingga berat. Ini menunjukkan besarnya masalah kesehatan jiwa yang sebelumnya tidak terdeteksi di masyarakat.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar, menekankan bahwa kesehatan jiwa menjadi perhatian utama. Program Speling, yang dikombinasikan dengan Cek Kesehatan Gratis (CKG), terbukti efektif menjangkau hingga ke pelosok desa untuk menemukan kasus-kasus ini.

"Melalui kombinasi CKG dan Speling, kami menemukan banyak sekali kasus kesehatan jiwa yang awalnya tidak terdeteksi," ujar Yunita di RSJD Dr. Amino Gondohutomo, Kamis (31/7/2025).

Program ini memungkinkan masyarakat untuk menjalani skrining awal. Setelah keluhan dan gejala teridentifikasi, mereka langsung diarahkan ke dokter spesialis, termasuk dokter kejiwaan.

"Begitu skrining menunjukkan depresi ringan, sedang, atau berat, mereka bisa langsung bertemu dokter spesialis jiwa. Ini membuktikan kolaborasi program yang efisien dalam penggunaan anggaran sekaligus memberikan data akurat terkait masalah kesehatan, termasuk kesehatan jiwa," jelasnya.

Perhatian terhadap kesehatan mental juga menyasar generasi muda. Program Speling dan CKG menargetkan 10% dari sasaran adalah masyarakat berusia 7 tahun ke atas. Di Jawa Tengah, target ini sudah tercapai 6,3%.

Hasilnya sangat mengkhawatirkan. Banyak anak sekolah yang terdeteksi mengalami gangguan jiwa ringan, sedang, bahkan berat. Yunita mencontohkan kasus di sebuah SMA, di mana dari 150 anak yang diperiksa, sekitar 30 anak mengalami gangguan kejiwaan.

Untuk mengatasi ini, diluncurkan program Mental Health First Aid (MHFA). Program ini melatih kader, termasuk dari jenjang SD hingga SMA, untuk menjadi pendengar bagi teman-teman mereka yang mengalami kesulitan. MHFA adalah respons terhadap kecenderungan anak-anak yang lebih suka berbagi masalah dengan teman sebaya daripada orang tua.

"Program ini merupakan bentuk kewaspadaan kita terhadap kasus kesehatan jiwa, bahkan yang sangat ringan sekalipun," kata Yunita. "Anak yang tadinya ceria menjadi murung, anak yang tadinya terbuka menjadi tertutup. Ini harus menjadi kewaspadaan kita semua."

Faktor Pemicu Gangguan Jiwa pada Anak

Yunita menyebutkan beberapa faktor penyebab gangguan jiwa pada anak, antara lain kurangnya perhatian orang tua, ketergantungan pada gawai, kondisi sosial-ekonomi, dan pergaulan.

"Dengan adanya media sosial, anak-anak melihat banyak hal yang belum sesuai usia mereka. Ini bisa menyebabkan stres yang tidak teridentifikasi dan terus-menerus mengganggu mereka," paparnya.

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menegaskan bahwa program Speling dengan dokter spesialis bertujuan memberikan pelayanan kesehatan gratis hingga ke desa-desa. Banyak masyarakat desa yang belum memahami peran dokter spesialis, termasuk dokter kejiwaan.

Program Speling merupakan kolaborasi antara rumah sakit milik daerah dan swasta, yang secara bersama-sama menyediakan layanan dokter spesialis di 35 kabupaten/kota. Ini sejalan dengan kebijakan Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat.(TJ)