Berkat Program Kampung Berseri Astra, Desa Sidowarno Klaten Jadi Desa Wisata Wayang yang Mendunia
- IG Desa Wisata Wayang Sidowarno
Viva Semarang – Butuh bertahun-tahun bagi warga Desa Sidowarno berjuang untuk punya Desa Wisata. Salah satu tantangan terberat adalah meyakinkan warga, bahwa potensi lokal bisa mengangkat harkat, martabat, dan kebanggaan.
Begitulah jalan panjang para pionir di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Desa mereka kini punya Kampung Berseri Astra dengan mengangkat potensi lokal kerajinan wayang kulit.
Desa Wisata Sidowarno pun didatangi wisatawan dari dalam negeri bahkan dari luar negeri. Termasuk kunjungan dari UNESCO. Bahkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno juga menyempatkan datang ke Desa Sidowarno.
Berkat program Kampung Berseri Astra inilah, kerajinan wayang kulit di Desa Sidowarno semakin berkembang, bahkan menjadi kampung wisata seni dan budaya. Banyak yang datang ke sini untuk melihat lebih dekat kegiatan pengrajin wayang kulit, bahkan wisatawan bisa belajar membuatnya.
Untuk sampai di titik ini, warga setempat memulainya dengan membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) pada tahun 2009. Ada sebanyak 20 KUB yang terbentuk. Tapi, dalam perjalanannya, KUB-KUB tersebut mengalami banyak kendala. Dari 20 KUB, tinggal 1 saja yang bisa bertahan, yaitu KUB Bima yang bergerak di bidang kerajinan wayang kulit.
Itupun, dari sebelumnya beranggota belasan orang, tinggal hanya beberapa orang saja yang terus bergerak.
Upaya mereka tidak sia-sia. Perlahan tapi pasti, mereka bisa kompak dan tetap menghidupkan KUB Bima.
Hingga kemudian datang program CSR Astra untuk ikut membantu KUB Bima yang menampung para pengrajin wayang kulit tersebut.
"Waktu itu tahun 2018, Astra internasional punya program CSR Kampung Berseri Astra. Ada tawaran untuk pemberdayaan dan pendampingan untuk mengangkat potensi daerah. Saya pikir-pikir setelah lulus kuliah, sudah kerja ke mana-mana, tapi naluri saya ini kemudian tergelitik, bagaimana caranya agar bisa bermanfaat untuk orang lain," kata Wahyu, pegiat Pokdarwis Desa Sidowarno memulai ceritanya kepada Viva, Jumat (8/11/24).
Wahyu pun berkeliling dan mendapatkan sebuah kampung yang banyak warganya menekuni kerajinan wayang kulit.
"Maka begitu ada tawaran dari Astra, saya masuk dan mencari daerah di sekitar tempat tinggal, dan ketemu. Ada daerah di Klaten yang paling timur, namanya Kampung Butuh yang memang sejak dari tahun 1950an banyak yang bermatapencaharian tatah sungging atau seni membuat wayang kulit," jelasnya.
Singkat cerita, ia pun membuat proposal dan menghubungi pihak desa. Dan ternyata di situ sudah ada KUB atau Kelompok Usaha Bersama.
"Kontak ke pihak desa, menghubungi warga, dan di situ ada KUB atau Kelompok Usaha Bersama. Namanya KUB Bima. Maka kemudian kita ketemu dengan perwakilan dari Astra Internasional di Semarang, kita presentasi bersama peserta lainnya juga. Dan alhamdulillah kita yang lolos," cerita Wahyu.
Setelah itu, lanjutnya, pada 11 Agustus 2018, perwakilan Astra International datang ke Kampung Butuh, Desa Sidowarno Klaten. Dan saat itulah Kampung Butuh Desa Sidowarno ditetapkan sebagai Kampung Berseri Astra atau KBA.
"Titiknya di tanggal 11 Agustus itu. Desa Sidowarno sah menjadi Kampung Berseri Astra. Dengan ditetapkan sebagai KBA ini, maka kita mendapat bantuan-bantuan, beasiswa, ada yang tahunan ada yang bulanan, yang dimanajemen oleh Astra," kata Wahyu.
Program pemberdayaan oleh Astra, lanjutnya, punya filosofi benar-benar pemberdayaan. Sehingga masyarakat tak sekedar menerima bantuan tapi juga diajak bangkit bersama dengan kemampuan yang mereka punya.
"Filosofinya, dari awal itu ya pemberdayaan masyarakat, bukan memperdaya masyarakat. Maka pemberdayaan itu juga sekaligus pendampingan, pelatihan, sosialisasi, dan sebagainya. Juga bantuan-bantuan lainnya seperti beasiswa untuk anak-anak di wilayah tersebut," ungkapnya.
Wahyu menjelaskan, upaya ini memang butuh perjuangan. Bagaimana membuat masyarakat yang awalnya enggan, kemudian jadi mau mewujudkannya.
"Tantangan terberat ya, bahwa konflik horisontal itu pasti ada. Tinggal bagaimana kita membuat manajemen konfilk untuk meredam dan mengubahnya menjadi energi untuk membangkitkan masyarakat. Kita harus menjaga api semangat," ujarnya.
Data di KUB Bima Desa Sidowarno, setelah Astra masuk, jumlah anggota KUB yang awalnya hanya belasan orang sekarang jadi 80-an orang. Dan semua adalah pengrajin wayang kulit semua.
Para pegiat wayang kulit pun mengajukan agar Desa Sidowarno menjadi desa wisata dengan daya tarik utama kampung wayang kulit. Dan lewat perjuangan dari tingkat desa hingga kabupaten, maka Desa Sidowarno resmi menjadi desa wisata.
Menyandang status desa wisata dan Kampung Berseri Astra, maka banyak wisatawan yang datang Desa Sidowarno. Apalagi dukungan Astra dengan Kampung Berseri Astra membuat jangkauan pasar para pengrajin wayang kulit makin luas.
"Memang ketika Astra masuk di 2018 itu, ya mimpi kita adalah desa wisata edukasi dan budaya. Benefitnya bagus. Dari kita kas saldonya 0 rupiah sekarang sudah puluhan juta rupiah. Itu hasil dari kunjungan-kunjungan,penjualan souvenir, dan lain-lain, setelah dibagi untuk bagi hasil dan lain-lain," jelasnya lagi.
Salah satu contoh pemasukan adalah pelatihan pembuatan wayang kulit. Desa Wisata Sidowarno membuat paket edukasi berupa pelatihan dengan beberapa kategori. Ada yang datang m ke sekolah, ada pula peserta yang datang ke Desa Sidowarno.
"Misal ada sekolah minta kita jadi guru tamu, untuk pelatihan membuat wayang, dari menatah, mewarnai, dan lain-lain. Atau yang mereka datang ke sini. Itu ada harga paketnya. Dan itu salah satu pemasukan buat desa wisata yang kita kelola," cerita Wahyu.
Satu lagi yang membuat semangat mereka adalah capaian lomba Landmark yang digelar Astra Internasional. Desa Wisata Wayang Desa Sidowarno sukses mendapatkan penghargaan Dan hadiah.
"Kita meraih juara saat itu, mendapat hadiah 300 juta rupiah. Dan uang itu kita buat untuk membangun joglo yang sekarang ini dipakai untuk pelatihan kerajinan wayang, pertunjukan, latihan tari, tempat berkumpul, dan lain-lain," jelas Wahyu bersemangat.
Menurutnya, hasil jerih payah yang membuat Desa Sidowarno seperti sekarang karena adaanya sinergi dari masyarakat dan dukungan pihak lain, dalam hal ini Astra yang membawa Program Kampung Berseri.
"Ibarat mesin, dinamo starternya adalah Astra Grup dalam memberikan pemberdayaan dan pendampingan. Bukan ngasih uang sudah selesai. Tapi benar-benar mendampingi sampai masyarakat berdaya," tegasnya.
Orang pun kini makin mengenal Kampung Butuh Desa Sidowarno sebagai sentra kerajinan wayang kulit. Potensi ini kemudian dikemas oleh pegiat wisata Desa Sidowarno menjadi antraksi wisata menarik.
"Konsepnya bagus ya, jadi datang ke Desa Sidowarno ini tak hanya sekedar jalan-jalan, tapi juga kami mendapat sesuatu lebih. Ada edikasi menarik karena bisa melihat langsung proses pembuatan wayang kulit yang sebelumnya kaki tak tahu ternyata begitu rumit. Pantas kalau hasilnya indah," kata Tejo, wisatawan dari Semarang.
Wisatawan yang datang ke sini bisa ikut tour melihat proses pembuatan wayang kulit. Tak hanya itu, wisatawan juga bisa ikut langsung praktek membuat wayang kulit, menonton pertunjukan wayang, membuat baju tradisional Jawa, juga ikut bermain dolanan tradisional.
Warga juga menyediakan rumah mereka menjadi homestay bagi wisatawan yang ingin menginap di desa mereka yang indah di tepian Sungai Bengawan Solo.(Teguh Joko Sutrisno/Jurnalis Viva)