QRIS Memberikan Kenyamanan dan Kemudahan Pembayaran Bagi Mahasiswa
- TJ Sutrisno
Viva Semarang – Penggunaan QRIS dalam transaksi digital sedang menjadi tren di kalangan mahasiswa di Indonesia. Kemudahan dan kenyamanan jadi alasan utama mengapa mahasiswa memilih QRIS untuk bertransaksi.
QRIS adalah singkatan dari Quick Response Code Indonesian Standard. Ini adalah sebuah sistem pembayaran digital yang diperkenalkan oleh Bank Indonesia. QRIS memungkinkan pedagang untuk menerima pembayaran dari berbagai dompet digital dan aplikasi perbankan dengan menggunakan satu kode QR yang dapat dipindai oleh konsumen.
Dengan QRIS, konsumen dapat melakukan pembayaran lewat aplikasi perbankan yang terhubung dengan QRIS.
Selain itu, dengan QRIS konsumen dapat melakukan pembayaran menggunakan dompet digital seperti GoPay, OVO, Dana, LinkAja, dan lainnya.
Cara pembayaran ini memberikan kemudahan dan fleksibilitas dalam melakukan transaksi, sekaligus tidak hanya mengandalkan uang tunai dan kartu fisik.
Dengan sifatnya yang mudah, cepat, dan nyaman , tentu QRIS sangat membantu dan bermanfaat untuk mahasiwa. Tak heran jika hampir setiap mahasiwa menggunakan QRIS untuk melakukan pembayaran kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan perlengkapan pendidikan.
"QRIS sangat mudah digunakan ya, kita cuma butuh handphone doang, lalu tinggal scan. Simpel dari harus bawa uang cash," kata Windy, mahasiswa Unissula Semarang.
Windy yang sedang berbelanja baju muslimah di kawasan Johar Semarang, mengakui bahwa QRID punya banyak manfaat. Tidak sekedar untuk membeli barang, tapai juga untuk membayar jasa pelayanan lainnya.
"Tidak hanya untuk jual beli ya, tapi saya juga memakainya untuk bayar tiket bis, bayar tiket obyek wisata, dan lain-lain. Bahkan untuk membayar dengan nominal kecil sekali pun bisa pakai QRIS. Saya pernah kok bayar 500 rupiah pakai QRIS," ungkap Windy.
QRIS membuat transaksi jadi mudah dan terkontrol. Itu karena pengguna bisa melihat pengeluaran uang yang dipakai sehari-hari.
Sementara bagi pedagang, QRIS sangat membantu pada hal-hal kecil yang selama ini merepotkan. Seperti urusan kembalian uang pembayaran jika menggunakan uang tunai.
"Kadang kita nggak enak juga kalau tidak punya kembalian. Misal pas tidak ada recehan uang logam 500 rupiah atau seribu rupiah. Saya harus menukar uang dulu kan ke pedagang lain. Ini jelas membuat konsumen tidak nyaman menunggu. Transaksi jadi lebih lama. Meski begitu kita tetap siapkan recehan tunai, karena apapun ya, belum semua orang sudah memakai QRIS, jadi kita tetap melayani tunai juga," jelas Ida, pemilik toko pakaian di Johar Semarang.
Pembayaran digital menggunakan QRIS sudah menjadi kebutuhan, bukan lagi sekedar gaya hidup. Maka masyarakat perlu menggunakan ini disamping uang tunai. Keduanya bisa saling mengisi untuk melakukan pembayaran di manapun pun berada.(TJ)