Inilah Perpustakaan Kabupaten Kendal yang Dipuji Raffi Ahmad
- TJ Sutrisno / dok
Viva Semarang, Kendal – Disela aktivitasnya yang super sibuk, artis dan pengusaha raksasa industri hiburan Raffi Ahmad kini punya kesibukan baru. Dia meluangkan waktunya untuk berkeliling, mendorong kemajuan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan industri kreatif di daerah-daerah.
Salah satunya, suami Nagita Slavina tersebut mendukung gerakan pemberdayaan UMKM dan industri kreatif Omah Gedeh yang diinisiasi Bupati Kendal Dico M. Ganinduto untuk masyarakat Jawa Tengah.
Bentuk dukungan itu diwujudkan Raffi dengan datang langsung ke Kendal pada Minggu (02/06/2024) lalu. Ia pun berdialog dengan para pelaku UMKM di kabupaten itu. Bahkan ia tak segan-segan menjadi endorser gratisan bagi sejumlah produk UMKM setempat.
Raffi mengaku terkesan dan terharu dengan semangat para pejuang UMKM sehingga ia mau jadi bintang iklan “dadakan” dan gratisan. Padahal, untuk pekerjaan itu ia biasa dibayar hingga miliaran rupiah.
Ternyata bukan hanya soal UMKM, Raffi juga sangat terkesan dengan Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Kendal, tempat acara dialog berlangsung. Raffi pun kontan menyampaikan pujiannya.
“Perpusda Kendal luar biasa. Apalagi ada creative hub yang menjadi pusat aktivitas dan edukasi bagi pelaku UMKM Kreatif dan masyarakat untuk memperluas ilmu hingga tempat berkumpul komunitas,” ujar Raffi.
Raffi menilai Perpusda merupakan produk visioner Bupati Dico menyediakan tempat masyarakat dan pelaku UMKM mengasah kreativitas dan menciptakan inovasi.
Bukan Tempat Buku
Perpusda Kendal merupakan salah satu pembangunan ikonik yang berhasil diwujudkan Bupati Dico sejak awal ia dilantik. Bangunan bertingkat dua dengan luas 4.060 m2 tampak modern, lapang, sekaligus ramah bagi pengunjung.
Selain koleksi buku dan fasilitas yang mumpuni, halamannya menjadi ruang publik untuk warga dan khususnya keluarga untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama.
“Selama ini kita sering beranggapan bahwa perpustakaan itu tempat buku. Padahal, yang lebih penting adalah kita menyiapkan perpustakaan sebagai tempat manusia. Mindset ini yang saya tanamkan kepada rekan-rekan pemkab,” kata Dico setelah acara dialog UMKM tersebut.
Dico menceritakan, saat awal ia menjabat, pembangunan perpusda ini sudah dalam tahap anggaran, sehingga gambar dan anggarannya sudah ditetapkan. Sudah tidak ada ruang untuk mengubah desain dan perencanaan karena tidak ada dana untuk itu.
“Dalam gambar rencana itu, wajah perpusda ya seperti perpustakaan pada umumnya, yang lesu dan dingin,” ungkap Dico yang mantan Ketua PP Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) ini.
Dico merasa beruntung karena memiliki banyak teman yang satu visi dan tidak berpikir melulu komersial.
“Ketika saya share kegelisahan saya tentang perpusda, teman saya Revano Satria, salah satu arsitek terbaik Indonesia, mau membantu. Kalau itung-itungan profesional, pasti tidak masuk budget-nya. Dia arsitek terkenal, salah satu arsitek IKN. Saya bisa dibilang memohon pada dia, ‘tolong bantu saya supaya warga Kendal punya kebanggaan, punya ruang interaksi publik yang sehat, dan pusat literasi dan pendidikan.’ Alhamdulillah, Revano mau membantu,” kenang Dico.
Pada akhir Agustus 2023 Perpusda Kendal diresmikan dan dibuka untuk umum. Perpustakaan ini memiliki koleksi 8.000 buku cetak dan buku elektronik (e-book) serta sejumlah unit komputer yang bisa dipakai untuk berselancar di internet.
Selain itu, ada ruang-ruang yang dirancang sebagai co-working space sehingga warga yang ingin bekerja atau rapat dapat memanfaatkannya. Ada juga ruang podcast dan ruang audio visual dengan layar dan tata suara memadai.
“Memang perpustakaan tidak dirancang menjadi sunyi dan angker. Sebaliknya, harus ramah dan nyaman. Tidak apa-apa ada suara dari orang yang berinteraksi, namanya juga tempat manusia,” tambah Dico.
Perpustakaan ini buka tujuh hari dalam seminggu dengan jumlah pengunjung mencapai 600-700 orang per harinya. Perpustakaan ini juga ramah bagi disabilitas karena menyediakan pojok bahkan toilet khusus.
“Rencana saya, ke depan perpusda ini harus semakin memberi ruang bagi teman-teman disabilitas. Saya sedang mempelajari bagaimana kita bisa menambah koleksi buku braille, bahkan kalau bisa saya ingin mendatangkan komputer braille. Juga komputer atau software untuk teman-teman tuli dan bisu. Yang tak kalah penting juga program kegiatan yang sesuai kebutuhan teman-teman disabilitas. Perpustakaan ini harus menjadi cahaya bagi semua,” jelas Dico.(TJ)