Dongkrak Strata Melalui Sastra, Inilah Sosok Heri Chandra Santoso Pemuda Dari Kendal

Sosok Heri Chandra Santoso Penerima SATU Indonesia Award 2011
Sumber :
  • Astra.co.id

SemarangSastra saat ini tidak hanya dinikmati oleh kalangan tertentu saja, namun sudah menjadi bagian hidup masyarakat. Bahkan melalui sastra banyak pesan moral yang bisa disampaikan tanpa harus menyindir banyak pihak. Bahkan berkat sastra banyak pesohor di tanah air yang terkenal dengan hasil karyanya. 

Berkat Program Kampung Berseri Astra, Desa Sidowarno Klaten Jadi Desa Wisata Wayang yang Mendunia

Dengan kata lain Sastra saat ini, bukan monopoli orang kota, bukan pula dominasi seniman kesohor. Masyarakat desa yang sepi akses informasi, juga bisa dan berhak berbicara sastra.

Itulah yang melatarbelakangi semangat dari pendirian Komunitas Lereng Medini (KLM), sebuah komunitas yang memberikan ruang bagi pelajar desa, belajar sastra dan budaya di Kecamatan Boja, Kendal, Jawa Tengah.

Manisnya Gula Semut, Antar Pemuda Banyumas Raih SATU Indonesia Award 2016

Sosok tersebut adalah Heri Chandra Santosa, melalui upayanya melestarikan sastra bagi berbagai kalangan terutama masyarakat desa, membuat pria kelahiran Kendal, 22 Mei 1982 mendapat apresiasi besar dari Astra melalui SATU Indonesia Award 2011.

Heri tak sendiri dalam memajukan sastra di kampungnya, Ia bersama sahabat karibnya, Sigit Susanto, menggagas komunitas KLM. 

Batik Bantengan Wujud Dari Bakat, Keahlian, Ketekunan, dan Cinta

Heri merupakan jurnalis dan alumni Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang. Adapun Sigit adalah pegiat kesusastraan asal Boja yang juga moderator milis “Apresiasi Sastra”, yang kini bermukim di Swiss.

" Komunitas Lereng Medini berdiri pada 2008. Medini adalah nama pegunungan yang melatari kawasan Boja," kata Heri seperti dikutip dari laman astra.co.id.

Langkah membangun komunitas ini, didahului dengan membuka perpustakaan gratis 23 “Pondok Maos” pada 2006. Perpustakaan ini memanfaatkan rumah Sigit di Jalan Raya Bebengan 221, Desa Bebengan, Boja. 

" Koleksi bukunya sebagian besar adalah karya sastra, baik sastra Indonesia maupun asing. Sebelum belajar sastra, kita perkenalkan mereka dengan bacaan,” ujar Heri. 

Selain melakukan kajian sastra, anggota KLM juga membentuk kelompok baca. Yakni membaca karya sastra bersama-sama.