Sultan HB X: Makanan Basi Bisa Sebabkan Keracunan MBG

Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Sumber :
  • YouTube Humas Jogja

Viva Semarang – Kasus keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menjadi sorotan. Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menegaskan bahwa permasalahan tersebut bukanlah sesuatu yang rumit untuk ditelusuri penyebabnya.

Satgas Pusat MBG Akan Berkantor di Jawa Tengah

Menurutnya, akar masalah justru terletak pada pola memasak yang kurang tepat.

Sultan mengingatkan bahwa risiko keracunan muncul ketika makanan, khususnya sayur, dimasak terlalu dini lalu dikonsumsi beberapa jam kemudian. Pola semacam ini, kata dia, berpotensi besar membuat masakan cepat basi.

Anggota DPR Ini Soroti Praktek Jual Beli Sertifikasi Higienis

"Untuk menyajikan makanan bagi anak-anak kita, pelajar kita, saya mohon kasus seperti kemarin di Sleman jangan terulang. Dari awal saya selalu tekankan, yang masak itu siapa? Apakah katering, pihak sekolah, atau pihak lain? Itu harus jelas,” ujar Sultan, dikutip dari YouTube Humas Jogja.

Kapasitas katering yang seringkali tidak sesuai dengan jumlah pesanan. Ia mencontohkan, jika sebuah katering hanya mampu menyiapkan 50 porsi, namun diminta membuat 100 porsi, maka kualitas masakan sulit terjaga.

Pilihan Bahan-Bahan Alami Untuk Redakan Gejala Keracunan Makanan

"Kalau katering, dilihat kapasitas berapa dia sehari membuat paket. Kalau paketnya itu hanya mambu 50 porsi (sehari), disuruh buat 100 porsi, tidak bisa,” jelasnya.

“Kalau 50 porsi biasanya dimasak pukul 04.30 untuk dimakan jam 08.00 atau 10.00 pagi, mungkin masih aman. Tetapi, kalau dipaksa jadi 100 porsi, masaknya bisa dari jam 02.00 atau 02.30 dini hari. Dimakan jam 10 pagi, itu sudah berisiko keracunan,” sambungnya.

Menurut dia, hal ini tidak perlu diteliti dengan rumit menggunakan analisis kimia. Secara logika, makanan yang dimasak dini hari dan baru dikonsumsi beberapa jam kemudian jelas rentan basi.

“Sebenarnya tidak rumit cari (penyebab) kenapa keracunan, tidak usah menggunakan orang kimia, sudah masaknya jam setengah 2 pagi, dimakan jam delapan saja sudah mesti basi, sudah pasti itu,” kata dia.

Sultan juga mengaitkan pengalamannya ketika membuka dapur umum saat bencana erupsi Gunung Merapi beberapa tahun lalu. Dari pengalaman itu, ia belajar bagaimana pola masak sangat berpengaruh terhadap ketahanan makanan.

“Saya di rumah juga sering masak. Selain itu, saya punya pengalaman empat tahun membuka posko pengungsian Gunung Merapi. Dari situ saya tahu, kalau sayur dimasak dini hari lalu baru dimakan pagi, pasti basi. Jadi, sebaiknya sayur dimasak mendekati waktu makan. Kalau yang digoreng, boleh lebih dulu, tetapi sayur jangan,” ucapnya.

Lebih lanjut, orang nomor satu di Jogja itu menegaskan bahwa kasus keracunan akan terus berulang jika pola memasak tidak diperbaiki. Ia meminta agar pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam program MBG bisa lebih disiplin dalam menyesuaikan waktu memasak dengan waktu konsumsi.

“Selama pola masak tidak berubah, korban tidak akan berkurang,” tandasnya. (TJ)