Dorong Transportasi Massal, UK PACT dan ITDP Dukung Pemkot Semarang Kembangkan Koridor Hijau

Bus listrik yang diuji coba di Kota Semarang untuk koridor hijau.
Sumber :
  • Dok

Viva Semarang – Pemerintah Kota baru saja menerima hasil penelitian dari ITDP Indonesia, yang didukung Kerajaan Inggris. Hasilnya menunjukkan bahwa bus listrik yang akan diuji coba di Semarang bisa mengurangi polusi udara hingga 42,9% setiap tahunnya.

Mantap, Jateng Mau Nambah Bus Massal Terintegrasi di 35 Kabupaten Kota

Hasil kajian Pengembangan Koridor Hijau dari Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia tersebut didukung oleh Inggris melalui program UK Partnering for Accelerated Climate Transitions (UK PACT).

Penelitian ini dipaparkan oleh Direktur ITDP Asia Tenggara, Gonggomtua Sitanggang, kepada Kepala Bappeda Kota Semarang, Budi Prakosa

Wujudkan Pembangunan Inklusif, Agustina Wali Kota Semarang Buka Dialog Bersama BEM Undip

Pemkot Semarang terima hasil kajian Pengembangan Koridor Hijau.

Photo :
  • Dok

Hadir pula Sigit Irfansyah, ATD., M.Sc., Plt. Direktur Sistem dan Layanan Integrasi Transportasi Antar Moda dari Direktorat Jenderal Integrasi dan Transportasi Multimoda dan Maria Renny Herdanti, Cities and Transport Lead Kedutaan Besar Inggris Jakarta.

BINUS University Semarang Cetak Talenta Industri 4.0 Untuk Jawab Tantangan Pengangguran

Apa Itu Koridor Hijau?

Koridor Hijau adalah cara baru menata transportasi di kota. Intinya, transportasi yang dirancang untuk mengintegrasikan langkah-langkah kebijakan yang memprioritaskan mobilitas rendah emisi di rute-rute kota yang telah ditentukan.

Tujuannya jelas, yaitu mengajak orang beralih dari mobil pribadi ke transportasi massal. Dengan begitu, jalanan tidak macet lagi dan udara jadi lebih bersih.

Caranya dengan memperbanyak dan memperbaiki transportasi umum, membuat jalan yang nyaman untuk pejalan kaki dan pengguna sepeda, mengatur parkir dengan lebih baik, dan membatasi penggunaan kendaraan pribadi.

Kepala Bappeda Kota Semarang, Budi Prakosa, menegaskan bahwa Semarang sangat serius mengembangkan transportasi yang ramah lingkungan. Hal ini sudah tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Perhubungan yang menetapkan alokasi anggaran minimal 5% dari APBD untuk sektor transportasi.

"Kami menyambut baik menyambut baik rekomendasi ITDP dalam pengembangan Koridor Hijau yang sejalan dengan arah pembangunan kota, termasuk di dalamnya adalah pengembangan jalur khusus BRT dan infrastruktur transportasi tidak bermotor,” jelas Budi.

Sementara itu, perwakilan dari Kementerian Perhubungan, Sigit IrfansyahATD., M.Sc., mengapresiasi komitmen Semarang dalam hal anggaran transportasi. Menurutnya, ini bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain, terutama di sekitar Jakarta, untuk mengembangkan transportasi yang berkelanjutan.

Ia berharap dalam lima tahun ke depan, akan ada lebih banyak jalur transportasi umum yang berkembang dengan layanan yang lebih baik, jalur sepeda, aturan parkir yang lebih efektif, dan sistem transportasi yang terintegrasi. ITDP juga akan terus membantu Semarang dalam mewujudkan hal ini.

"Semoga program ini dapat dieksekusi dengan baik, dan ITDP akan terus mendampingi Kota Semarang dalam perjalanan tersebut,” ujarnya.

Semarang sudah menunjukkan keseriusannya dengan mengalokasikan minimal 5% APBD untuk subsidi transportasi umum dan mengenalkan Trans Semarang. Langkah ini menjadikan Semarang sebagai contoh bagi kota lain yang ingin menerapkan Koridor Hijau.

Direktur Pembangunan Internasional Inggris untuk Indonesia, Amanda McLoughlin, mengatakan bahwa Inggris mendukung penuh upaya menciptakan kota yang lebih hijau dan terhubung, seperti yang dilakukan Semarang. Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Dalam waktu dekat, pengembangan Koridor Hijau akan fokus pada persimpangan jalur Trans Semarang I dan IV sebagai lokasi uji coba bus listrik. Pemkot Semarang akan menyusun aturan, meningkatkan kualitas bus dan layanan, memperbaiki halte agar lebih mudah diakses, dan memperkuat kebijakan pengelolaan parkir.

Gonggomtua Sitanggang, Direktur ITDP Asia Tenggara menegaskan bahwa transportasi umum saja tidak cukup untuk mengatasi kemacetan dan polusi udara di kota. Aksesibilitas, inklusivitas, dan kebijakan yang mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi juga diperlukan. 

“Koridor Hijau merupakan langkah strategis yang memprioritaskan mobilitas rendah emisi seperti angkutan umum, berjalan kaki, dan bersepeda dalam skala koridor, yang dipadukan dengan strategi push dan pull. Berfokus pada area yang terbatas juga memungkinkan evaluasi dan penyempurnaan sebelum menerapkannya dalam skala yang lebih besar,” ujarnya.

Diketahui, kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah Kota dan Kabupaten Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi untuk berbagi wawasan melalui kunjungan lapangan tentang praktik terbaik dalam transportasi umum berkelanjutan, termasuk manajemen operasional, fasilitas layanan, dan inovasi ramah lingkungan.(TJ)