Gereja Santa Maria Fatima Semarang Ajak Umat Terlibat Dalam Visualisasi Jalan Salib
Semarang – Dalam perayaan Jumat Agung, Gereja Santa Maria Fatima Banyumanik, Semarang menggelar visualisasi jalan salib atau kisah sengsara Yesus Kristus. Visualisasi jalan salib ini diperankan oleh para OMK (Orang Muda Katolik) Gereja Santa Maria Fatima, dan menjadi salah satu rangkaian dalam pekan suci Paskah.
Koordinator visualisasi Jalan Saib dari wilayah Katarina, Krismasto mengatakan persiapan untuk visualisasi Jalan Salib yang digelar di dalam Gereja Santa Maria Fatima, dilakukan selama kurang ebih 1,5 bulan, yang diikuti oleh puluhan OMK dari Wilayah Katarina dan Gregorius Agung serta sejumlah wilayah lain Gereja Santa Maria Fatima.
“ Ini yang luar biasa dimana keterlibatan kaum muda khususnya anak anak SMP dalam visualisasi Jalan Salib sangat besar. Mereka dengan antusiasme tinggi terus tekun mengikuti latihan yang kita gelar selama krang lebih satu setengah bulan,” Ujarnya saat dijumpai di Gereja Santa Maria Fatima usai Visualisasi Jalan Salib. Jumat(29/3/2024).
Visualisasi Jalan Salib yang menggambarkan kisah sengsara Yesus Kristus, dibawakan oleh para OMK selama kurang lebih satu setengah jam yang dimulai pada pukul 08.00 Wib, dan diikuti oleh ratusan umat.
“ Harapannya dengan adanya visualisasi Jalan Salib bisa membuat umat semakin memaknai kisah sengsara Yesus Kristus dalam ibadat Jumat Agung. Serta dapat memaknai perayaan Paskah, karena ini merupakan satu rangkaian pecan suci yang diawali dari Kamis Putih, Jumat Agung hingga Paskah,”imbuhnya.
Sementara itu Romo Paroki Gereja Santa Maria Fatima, Romo Albertus Hesta Hana Wijayanto, Pr mengatakan bahwa visualisasi Jalan Salib ini bukan hanya sekedar drama pertunjukan untuk ditonton, melainkan sebuah rangkaian dalam pekan suci yang mempunyai makna sebagai peringatan akan kisah sengsara Tuhan.
“ Visualisasi ini merupakan rangkaian kisah sengsara Tuhan. Yang dimulai dari Kamis Putih, sampai Jumat Agung. Maka yang selalu diingat adalah ini merupakan rangkaian daam tradisi gereja dimana waktu kita dalam menemani waktu waktu sengsara Tuhan,” jelas Romo Bertus.
Ditambahkan oleh Romo Bertus, bahwa Visualisasi yang diselenggarakan oleh panitia paskah tahun 2024 ini merupakan wujud dari menghadirkan kembali Kisah Sengsara Yesus Kristus, sehingga bukan merupakan drama atau tontonan.
“ Ini bukan hanya tontonan atau show, namun bentuk dalam menghadirkan kembali kisah sengsara Tuhan. Dan nuansanya adalah nuansa doa dan kita menghidupi tradisi Gereja yang sudah ada. Jadi ini bukan nonton, namun umat diajak untuk mengikuti dan terlibat dalam visualisasi ini. Disini banyak yang keliru karena masih ada yang menganggap ini sebuah tontonan. Jadi dalam visualisasi ini umat mengikuti dan teribat seperti murid Yesus dalam menemani Yesus dalam kisah sengsaranya. Penakanannya adalah kita mengikuti dan terlibat didalamnya,” pungkasnya.