Jejak Muslim Gujarat di Pekojan Semarang, Kalau Lebaran Makan Nasi Kebuli Bersama

Suasana di Masjid Pekojan Semarang yang dibangun muslim Gujarat.
Sumber :
  • TJ Sutrisno

Viva Semarang – Pada masanya dulu, para pedagang dari daratan Gujarat berlayar menuju ke nusantara. Mereka berlabuh di beberapa lokasi di Pulau Jawa. Salah satunya di Semarang yang waktu itu masih berada di koloni Hindia Belanda.

Posko Lebaran 2024 Bandara Ahmad Yani Resmi Ditutup, Catat Pergerakan 126.845 Penumpang

Selain berdagang mereka juga membawa ajaran Islam, sehingga mereka meninggalkan jejak Islam di tempat persinggahan.

Pedagang Gujarat yang merupakan keturunan Pakistan-India, kemudian bermukim dan kawin mawin dengan warga lokal. Nah, keturunan kawin campur itu kemudian disebut orang Koja. Maka kampungnya pun disebut Pekojan.

109 Ribu Kendaraan Lewati Jalan Tol Fungsional Solo-Jogja Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran

Mereka tinggal di beberapa kampung yang berpusat di kawasan Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Semarang Tengah. Antara lain di Kampung Begog, Kampung Suburan, Kampung Wotprau, dan di Petolongan.

"Termasuk saya ini juga keturunan Gujarat. Jadi saya ini orang Koja," kata Agus Salim membuka cerita dengan Viva di teras Masjid Pekojan.

Tradisi Syawalan di Kaliwungu Kendal Dihadiri Ribuan Orang, Polisi Patroli Pengamanan

Ia menceritakan, naluri dagang orang Koja masih tetap kuat seperti nenek moyang dulu. Hal itu bisa dilihat pada sebagian besar orang Koja di Semarang yang bekerja sebagai pedagang.

"Terutama dagang jam dan kacamata. Ada juga yang punya usaha kuliner, tapi kebanyakan usaha jam tangan dan kacamata, termasuk reparasi," ungkapnya Agus Salim yang berjualan kacamata di Pasar Johar.

Halaman Selanjutnya
img_title