Kisah Desa Brongkol Menjaga Asa dan Meraih Sejahtera dengan Kopi dan Durian
- TJ Sutrisno
Viva Semarang – Awal bulan November 2024 ini adalah yang kesekian kalinya saya datang ke Desa Brongkol. Sebuah desa di lereng Gunung Kelir, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Desa yang masuk dalam daftar Desa Sejahtera Astra ini, hawanya tetap sejuk dan segar karena kaya dengan pohon-pohon rindang. Dan tidak sekedar pohon yang berfungsi sebagai pelindung saja, tapi juga pohon yang berproduksi.
Diantaranya adalah kopi dan durian. Dua komoditas inilah yang membuat warga Desa Brongkol sejahtera dan kondang sebagai desa penghasil kopi istimewa dan penghasil durian terbesar di Kabupaten Semarang.
"Untuk kopi, kami berterima kasih kepada pihak yang cukup membantu. Seperti Astra yang membantu marketing produk kopi kami, juga membantu upaya pembibitan dan pengeringan kopinya. Sehingga kopi Gunung Kelir dari Desa Brongkol ini sangat dikenal dan mampu bersaing," jelas Kepala Desa Brongkol, Heru Sandhora kepada Viva, Senin (4/11/24).
Ia menceritakan, Desa Brongkol merupakan sentra kopi di Kabupaten Semarang yang lahannya ada di lereng Gunung Kelir. Sifat tanah dan ketinggiannya sangat cocok untuk budidaya kopi.
"Dulu programnya Pak Bupati itu kan meningkatkan kopi lokal dan sekarang istilahnya sudah booming," ungkapnya.
Kopi lereng Gunung Kelir, lanjutnya, dari hasil tester sudah memenuhi kriteria untuk diekspor. Kopi yang dikembangkan utamanya robusta. Selain itu, yang terbaru para petani mulai membidik kopi arabica.
"Kopi Kelir ini kompetitif, berani bersaing. Ibaratnya kopi Gunung Kelir ini adalah bumbu penyedapnya kopi. Sehingga banyak diburu oleh para pecinta kopi. Seperti dari Temanggung. Mereka memakai kopi Gunung Kelir Desa Brongkol sebagai pemantik rasa kopi, jadi kopi Kelir ini dicampur dengan kopi sana untuk memantik rasa sehingga jadi lebih mantap," jelas Heru.
Dengan kualitasnya, kopi Gunung Kelir beberapa kali meraih penghargaan pada kontes kopi tingkat regional maupun nasional. Ini mampu meningkatkan harga kopinya.
"Sehingga, harga kopi di lereng Kelir ini lebih tinggi dibanding yang lain. Saat ini harganya untuk kopi Robusta biji mentah itu 60 ribu hinggg 70 ribu rupiah per kilogram. Itu biji mentah ya, belum diroasting," kata Heru.
Salah satu upaya untuk menjaga kualitas hasil panen kopi Gunung Kelir, kata Heru, semua petani kopi di sini sudah menerapkan petik buah kopi yang sudah merah. Kopi petik merah kualitasnya jauh di atas kopi yang dipetik saat masih berwarna hijau atau semu kekuningan.
"Kopi yang dipetik saat buahnya sudah berwarna merah itu berarti yang sudah tua, sehingga kualitasnya nomor satu," tegasnya.
Hasil yang didapat dari lahan kopi di lereng Gunung Kelir, Desa Brongkol Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang ini lumayan besar. Dalam sekali masa panen, bisa mencapai ratusan ton. Maka jika minimal panen 100 ton saja, nilai yang dihasilkan bisa mencapai 6 milyar rupiah.
"Itu kalau dikumpulkan hasilnya bisa ratusan ton satu desa. Kita juga sudah produksi kopi dalam bentuk biji roasting, juga dalam bentuk bubuk. Kita sudah masuk ke kafe, hotel, dan lain-lain. Pemasaran juga dibantu Astra," kata Heru lagi.
Hasil kopi ini sangat membantu ekonomi dan kesejahteraan warga Desa Brongkol.
Nah, selain kopi, ada satu komoditas unggulan lainnya yang membuat warga Desa Brongkol sejahtera. Yaitu Durian.
Desa Brongkol terkenal sebagai penghasil durian kualitas unggul. Daging buahnya berwarna kuning mentega, tebal, kesat, dan rasanya manis bercampur pahit yang samar-samar. Rasa yang seperti ini banyak diburu oleh para penggemar durian.
Popularitas durian Brongkol membuat desa ini didatangi wisatawan maupun penggemar durian yang ingin merasakan nikmatnya. Musim durian dimulai pada bulan-bulan antara November hingga Desember. Kemudian mencapai puncak musim durian pada bulan Januari hingga Februari.
Para pedagang pengepul dari luar daerah, datang ke Desa Brongkol, memborong dagangan durian untuk dijual lagi di daerah lain.
Warga Desa Brongkol pun merasakan manisnya berkah dari hasil durian yang membuat mereka sejahtera.
Saat penulis datang pada bulan November 2024 ini, beberapa kedai buah durian sudah mulai menjual durian hasil panen awal musim. Salah satunya adalah kedai durian milik Bu Mirah.
Ia membuat kedai durian dari kayu yang ditata sedemikian rupa di tepi Jalan Brongkol-Banyubiru. Pada bagian depan ada meja kecil untuk menaruh durian. Beberapa buah durian lainnya diikat pada kayu atap.
Durian yang terpanjang tampak menggiurkan. Ada yang berukuran sedang ada juga yang besar. Begitu masuk kedai, aroma harum durian langsung tercium.
"Ini namanya durian awalan. Artinya durian yang dipanen pada awal musim. Meski belum begitu banyak, tapi durian awalan ini rasanya lebih manis, teksturnya juga legit. Karena kan selama berbunga dan menjadi buah jarang terkena hujan sehingga kadar airnya sedikit," kata Bu Mirah.
Di dalam kedai milik Bu Mirah ini, ada dipan kayu yang berfungsi untuk makan durian secara lesehan bagi pembeli. Di setiap pojok dipan ada tempat untuk menampung kulit dan biji durian yang sudah dimakan.
Awal musim durian, kata Bu Mirah, adalah masa saat harga durian bagus. Masih cukup tinggi karena jumlah durian yang dipanen juga masih terbatas. Nanti kalau masa puncak durian tiba, stok durian akan berlimpah, dan harga durian pun menyesuaikan, jadi lebih murah.
"Yang ini ukuran besar sedang harganya antara seratus hingga seratus lima puluh ribu, kalau yang pojok besar panjang itu super ya, harganya dua ratus ribu per buah. Nah, kalau yang agak kecil ini, seratus ribu dapat tiga, tapi meskipun kecil isinya tebal dan manis," jelas Bu Mirah.
Saat puncak musim seperti yang penulis pernah saksikan sebelumnya, ada banyak kedai durian yang berderet-deret di tepi jalan. Biasanya di bulan Januari hingga Februari. Sepeda motor warga bermuatan durian hilir mudik dari kebun menuju ke Pasar Brongkol. Di pasar sudah ada pembeli eceran maupun pedagang pemborong yang sudah menunggu.
Suasana puncak musim durian ini sangat ramai. Duriannya juga melimpah. Jenis duriannya beragam. Yang cukup terkenal adalah Durian Vera yang beberapa kali meraih juara pada kontes durian di berbagai kota.
Puncak musim durian menjadi berkah bagi warga Desa Brongkol, khususnya petani durian. Masa ini menjadi salah satu momen untuk meraih keuntungan setelah merawat durian selama beberapa bulan.
Untuk mencapai titik ini bukan perkara mudah. Warga Desa Brongkol telah lebih dulu menempuh perjuangan panjang. Mereka menjaga tanah agar tetap sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman durian. Mereka juga merawat dengan tekun tanaman durian, meneruskan perjuangan orang tua mereka terdahulu. Sehingga mereka bisa terus menjaga kualitas buah durian Brongkol.
Lebih dari itu, petani durian Desa Brongkol juga melakukan inovasi untuk menghasilkan varian buah durian yang lebih bagus lagi. Mereka bekerjasama dengan Dinas Pertanian menghasilkan bibit durian varian baru.
Kepala Desa Brongkol, Heru Sandhora pernah beberapa waktu lalu mengajak penulis bertemu langsung dengan petani durian.
Tapi kami mesti bersabar karena petani masih di atas pohon untuk memeriksa durian. Ia naik memakai batang bambu panjang yang diikat dengan tali pada batang pohon. Pada setiap ruas bambu diberi panjatan agar petani mudah naik.
Beberapa durian yang dipetik lalu diikat tali panjang dan diturunkan. Di bawah sudah ada temannya yang menunggu. Durian hasil panen lalu dikumpulkan dan ditaruh dalam keranjang, yang nantinya diangkut menuju ke pasar dan kedai durian.
"Di Brongkol ini, penghasil durian ada di Dusun Krajan dan Dusun Tabag Gunung. Di sini ada beberapa jenis durian varietas lokal unggul yang ditanam, bahkan ada yang kualitasnya seperti durian musang king," cerita Kades Brongkol, Heru Sandhora dengan bangga.
Kunci mengapa durian dari Desa Brongkol bisa begitu berkualitas, lanjut Heru, karena tanah di desa ini mengandung unsur hara yang cocok untuk tumbuhnya tanaman durian. Selain itu, warga di sini telah kembali memakai pupuk organik yaitu pupuk kandang.
"Kami sudah memakai pupuk kandang yang hasilnya tentu lebih bagus. Tanaman juga kita remajakan dengan bibit dari pohon tua yang berkualitas, kita perbanyak dengan sistem stek. Hasilnya bisa kita lihat kualitasnya, durian Brongkol beberapa kali juara kontes durian tingkat nasional," jelas Heru sambil mempersilakan penulis mencoba durian unggul yang baru saja dibelah.
Ukurannya sedang, bentuk bulat penuh dan tanpa bengkok. Harumnya cukup merebak dan menggugah selera. Daging durian ini cukup mudah dikelupas dari bijinya, serta tebal dan kesat. Dan rasanya manis agak sedikit pahit, ciri rasa durian juara.
Kades Heru Sandhora mengungkapkan, betapa durian ini mampu membuat warga Desa Brongkol sejahtera. Dengan kualitas durian yang berkualitas, maka harganya pun juga bagus.
"Yang mendapat hasil itu, yang pertama tentu petani pemilik pohon, yang kedua buruh pemetik, lalu pedagang eceran, serta pelaku UMKM yang mengolah durian menjadi makanan dan minuman khas," ungkapnya.
Selain itu, ada lagi efek menguntungkan dari kunjungan wisatawan yang ingin melihat dari dekat desa penghasil durian. Seperti pedagang kuliner, serta oleh-oleh bibit pohon durian.
Tak heran jika Desa Brongkol dengan komoditas kopi dan duriannya ini, masuk dalam daftar Desa Sejahtera Astra.(Teguh Joko Sutrisno/Jurnalis Viva)