Tularkan Konsep Kepemimpinan, Wali kota Semarang, Agustina Wilujeng Tegaskan Pentingnya Membaca

Wali Kota Semarang, Agustina isi Seminar Kepemimpinan dan Literasi.
Sumber :
  • Dok

Viva Semarang – Menjadi the true leader itu harus memiliki visi, berintegritas, berkeadilan, dan mempunyai kemampuan untuk mengelola konflik.

Hebat! Kota Semarang Raih 4 Penghargaan pada Ajang UI Green City Metric Awards 2025

Hal itu disampaikan Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, saat didapuk menjadi pemateri dalam Seminar Kepemimpinan dan Literasi 2025.

Acara itu digelar oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah (KPwBI Jateng) di Radjawali Semarang Culture Center, Jumat (3/10).

Perkuat Sinergitas, Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Lakukan Penandatanganan Nota Kesepakatan dengan PN Semarang

"Seorang pemimpin yang fokus pada tujuannya serta terampil dalam mengelola konflik, maka setengah tugas-tugasnya sebagai pemimpin dapat terselesaikan," ujarnya.

Di depan 250 mahasiswa, akademisi, Bunda Literasi Kecamatan, dan mitra kerja KPwBI Jawa Tengah, Agustina menularkan ilmu kepemimpinannya.

ASN Kota Semarang Siap Harumkan Jawa Tengah di PORNAS XVII KORPRI 2025

Selain tiga langkah tersebut, lanjutnya, pemimpin perlu memiliki kekuatan moral dan kemampuan untuk membangun masyarakat. 

Ia mencontohkan program dana operasional 25 juta rupiah per Rukun Tetangga (RT) sebagai upaya untuk memperkuat solidaritas warga dan tata kelola lingkungan berbasis partisipasi.

"Saya ingin membangun mindset perlunya rembug warga sehingga dengan kebijakan tersebut mampu memupus kerenggangan di masyarakat. Kita perlu menyadari bahwa sebagian besar narasi sejarah bermula dari tingkat paling bawah dan berpotensi menggulirkan pengaruh negatif pada tataran di atasnya," katanya.

Menurutnya, setiap pemimpin tidak sekadar mendengarkan suara dari berbagai pihak, terutama dari masyarakat, melainkan juga memiliki keberanian untuk melindungi sehingga tercipta trust antara yang dipimpin dan yang memimpin.

"Kita bersyukur sebab dengan dinamika sosial Indonesia beberapa waktu lalu, Kota Semarang cenderung aman. Mengapa demikian? Karena masyarakat mau bergotong royong dan aware untuk melindungi. Bukan karena saya hebat, melainkan situasi ini tercipta karena ada kepercayaan yang bangkit antara pemerintah dan masyarakat," imbuhnya.

Muhammad Eka, salah seorang peserta seminar sekaligus mahasiwa Universitas Negeri Semarang (UNNES) sempat meminta tips menjadi pemimpin yang mampu menyeimbangkan visi misi dengan harapan anggotanya.

"Bagaimana idealnya agar bisa memenuhi keinginan banyak pihak tanpa mengorbankan tujuan awal, Bu?" tanyanya.

Dalam esensi demokrasi, ucap Wali Kota menjawab pertanyaan Eka, pemimpin yang terpilih penting memiliki integritas untuk menepati visi misi sebagai janji yang harus ditunaikan, termasuk mengelola konflik saat dihadapkan dengan pihak-pihak yang punya prinsip berbeda atau berseberangan.

Bahkan, Agustina mengutip ucapan Bung Karno untuk senantiasa teguh dalam berprinsip dan luwes dalam bergaul sebagai cara bersikap seorang pemimpin.

"Selama keinginan anggota tidak bertentangan dengan visi misi yang kita lakukan, maka lanjutkan. Namun, jika bertentangan dan berpotensi tujuan kita tidak tercapai, perlu duduk bareng lagi," imbuhnya.

Pada kesempatan tersebut, Agustina yang sekaligus menjadi Bunda Literasi Kota Semarang berpesan perlunya banyak membaca agar pemimpin lebih mengerti kebutuhan masyarakat yang dipimpinnya.

Wali Kota menyatakan dengan membaca secara komprehensif dan utuh, akan menambah pengalaman batin dan kepekaan terhadap masyarakat.

"Saya pun membaca novel, terutama buku-buku fiksi sejarah. Dari kisah-kisahnya, ada nilai-nilai yang bisa kita ambil, termasuk kepemimpinan," jelasnya. (TJ)