Tekanan Inflasi Jawa Tengah Mereda Pasca Nataru 2025

Kepala KPw Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra.
Sumber :
  • TJ Sutrisno

Viva Semarang – Tekanan inflasi Provinsi Jawa Tengah pada Januari 2025 menurun. Provinsi Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,46% (mtm) sejalan dengan nasional yang juga mengalami deflasi sebesar 0,76% (mtm).

Sekolah Rakyat di Jawa Tengah Akan Mulai Pada Juli 2025

Secara tahunan, inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 1,28% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,76% (yoy). Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami deflasi. Deflasi terdalam berlangsung di Kota Semarang sebesar 0,69% (mtm).

Penurunan tekanan inflasi Januari 2025 terutama dipengaruhi oleh penurunan harga pada  Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga dengan andil  deflasi mencapai 1,13% (mtm), seiring dengan pemberian diskon 50 persen kepada rumah tangga pelanggan  PT. PLN dengan daya dibawah 2.200 VA yang berlaku selama Januari dan Februari 2025.

Pesaing Dieng: 5 Destinasi Memukau di Jawa Tengah untuk Menyaksikan Sunrise

"Andil penurunan harga listrik yang besar terhadap penurunan inflasi menyebabkan deflasi secara umum pada indeks harga konsumen (IHK) periode Januari 2025," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra.

Di sisi lain, tekanan inflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau memberikan andil inflasi sebesar 0,54% (mtm), terutama dipengaruhi oleh harga minyak goreng yang kembali meningkat disebabkan oleh keterlambatan distribusi akibat libur panjang.

Wagub Taj Yasin Tegaskan Santri Jateng Bisa Kuliah ke Mesir hingga Australia

Tekanan inflasi juga terjadi pada komoditas cabai merah dan cabai rawit seiring dengan pasokan yang terbatas karena masih berada pada periode masa tanam. Panen cabai diperkirakan berlangsung pada Februari/Maret 2025 mendatang.

Tekanan inflasi pada kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau tertahan oleh penurunan harga komoditas bawang merah seiring dengan panen yang masih terjadi pada sejumlah sentra produksi di Jawa Tengah, serta penurunan harga telur ayam ras seiring dengan normalisasi permintaan masyarakat pasca Nataru.

Halaman Selanjutnya
img_title