Sambut Indonesia Emas, Pemkot Semarang Dorong Penguatan Karakter Siswa
- Dok
Viva Semarang – Pemkot Semarang dorong adanya penguatan pendidikan karakter bagi siswa guna menyongsong Indonesia Emas 2045. Salah satunya dengan membiasakan pendidikan disiplin, toleransi hingga menumbuhkan kebiasaan menjaga kebersihan.
Wakil Wali Kota Semarang Iswar Aminuddin hadir sebagai narasumber dalam dialog pendidikan yang digelar Dewan Pendidikan Kota Semarang di aula SMAN 2 Kota Semarang, Selasa (6/5). Dialog mengambil tema Urgensi Pendidikan dalam Penguatan Karakter di Era Digital.
Hadir di kegiatan dialog, segenap pengurus dan anggota Dewan Pendidikan Kota Semarang, kepala sekolah dan guru SD maupun SMP negeri di Kota Semarang hingga orang tua murid dan perwakilan Komite Sekolah.
Dalam kesempatan tersebut Iswar menjelaskan bahwa karakter bangsa merupakan modal besar untuk menyambut bonus demografi tahun 2045 yang digadang-gadang bakal jadi era Indonesia Emas bagi anak-anak sekarang.
“2045 ini diprediksi Indonesia akan jadi 5 negara kuat secara ekonomi. Kekuatan kita ada pada karakter kita sebagai bangsa. Beberapa karakter unggul yang kita miliki antarra lain adalah unggah-ungguh sopan santun menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang muda, saling berkunjung untuk mempererat persaudaraan, toleran terhadap perbedaan serta pekerja keras,” ujarnya.
Iswar melanjutkan, visi dan misi pasangan Agustina dan Iswar mayoritas adalah pembangunan pendidikan, yakni sebanyak 20 persen program selama 5 tahun ke depan. Salah satu yang menjadi prioritas, yakni mengembangkan pendidikan toleransi sebagai modal pembangunan.
“Visi dan misi Agustin Iswar kemaren 20 persen adalah pembangunan pendidikan. Visi kami membangun karakter serta Pendidikan yang berorientasi membangun toleransi di Kota Semarang. Karena Semarang saat ini sudah menjadi kota nomor 1 paling toleran di Indonesia,” ujarnya.
“Toleransi akan menumbuhkan kasih sayang dan perdamaian, perrdamaian akan membuat Kotta Semarang kondusif, jika kondusif maka infestor akan mudah masuk karena keamanan terjamin,” sambung dia.
Dalam program 100 hari kerja Agustina-Iswar, lanjutnya, ada salah satu program yang basic-nya adalah penguatan karakter berbasis kearifan lokal. Yakni mewujudkan Semarang Bersih melalui program Pilah Sampah.
"Saya titip kepada bapak ibu guru untuk penguatan karakter ini, menjaga kebersihan. Nyuwun tulung anak-anak dibiasakan tidak hanya selalu membuang sampah di tempatnya, tapi mulai diajak untuk memilah sampah. Dengan hal yang seperti ini, nanti ketika sudah menjadi kebiasaan maka dampaknya akan luar biasa. Selain terbentuk karakter disiplin bagi anak, juga akan berkontribusi positif di pembangunan, yakni mencegah banjir dan menjaga kelestarian lingkungan," bebernya.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Semarang, Budiyanto menyampakan idealnya pendidikan tidak hanya melahirkan pelajar yang pintar, namun juga bermoral. Mewujudkan hal itu, di sinilah pentingnya peran dari semua pihak di penguatan pendidikan karakter.
"Ini adalah tanggungjawab bersama, antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Tugas orang tua tidak hanya soal menyejahterakan anaknya, tapi juga membentuk dari awal karakter anak. Di sekolah, guru tidak hanya mendidik tapi juga menumbuhkembangkan karakter anak didik. Dan tugas masyarakat juga harus peduli jika ada gerombolan, aktivitas kelompok anak yang mencurigakan, lapor segera ke pihak keamanan," terangnya.
Terlebih di era digital saat ini, di mana informasi bisa diakses siapapun tanpa memandang usia. Pendidikan karakter bakal menjadi benteng kokoh menghalau efek negatif teknologi informasi.
"Perlu pendampingan dan kontrol ketat dari orang tua ketika anak mengakses informasi dari gadget. Jangan sampai anak-anak menonton film yang tidak pantas, atau masuk dalam komunitas grup pergaulan bebas hingga narkoba. Jadi Semarang bebas narkoba, kreak dan bebas pergaulan bebas bisa terwujud," tegas dia.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bambang Pramusinto, mewakili Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng, menyampaikan Pemkot Semarang memberi perhatian besar di dunia pendidikan. Salah satunya melalui program pengambilan ijazah siswa sekolah swasta yang terkendala biaya pendidikan.
"Jangan sampai anak didik kita terlantar karena tak mendapatkan selembar dokumen (ijazah). Karena sejatinya pendidikan bukanlah masalah nilai atau ijazah, tapi pembangunan karakter,” katanya.