Tradisi Dugderan Digelar di Semarang, Ribuan Roti Ganjel Rel Jadi Rebutan Warga

Mbak Ita perankan Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Probodiningrum.
Sumber :
  • TJ Sutrisno

Viva Semarang – Tradisi Dugderan hari ini digelar di Kota Semarang Jawa Tengah di tengah hujan deras yang mengguyur. Para peserta pun basah kuyup dalam perjalanan pawai dari Balaikota Semarang menuju ke Masjid Agung Kauman.

Wapres Gibran Cek Ujicoba Makan Bergizi Gratis di SMKN 7 Semarang, Ini Lauknya

Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang memerankan tokoh Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Probodiningrum, menaiki kereta tersebut bersama pejabat lainnya. Mereka dikawal barisan berkudo menyusuri Jalan hingga sampai di halaman Masjid Agung Semarang di kawasan Kauman.

Meski memakai payung dan jas hujan, warga tetap antusias menyaksikan prosesi Dugderan dari tepi jalan. Tradisi setahun sekali ini tak mau mereka lewatkan begitu saja.

Semarang Raih Dua Penghargaan Daerah Tertib Ukur dan Pasar Tertib Ukur dari Kemendag

"Setahun sekali ya tetap ingin nonton, pengen dapat roti ganjel rel yang jarang ada di hari biasa," kata Endang, Sabtu (9/3/24).

Dugderan merupakan tradisi untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan yang menjadi ciri khas budaya di Kota Semarang. Disebut Dugderan, karena pada saat pengumuman masuknya Ramadhan, ditandai dengan bunyi bedug dug dan bunyi meriam der. Masyarakat pun kemudian menyebutnya tradisi dugderan.

Mbak Ita Luncurkan "Petruk Semar" untuk Pasarkan Hasil Panen Petani

Setelah arak-arakan, rombongan umaro kemudian disambut para ulama di serambi masjid dan mengajak untuk menunaikan ibadah salat ashar.

Setelah melakukan sidang di serambi Masjid Kauman untuk membahas hasil sidang isbat terkait penentuan hari pertama bulan Ramadhan, umaro pun membacakan hasil penentuan hari pertama bulan Ramadhan kepada masyarakat setelah Salat Asar berjamaah.

Halaman Selanjutnya
img_title