Jalan-jalan ke Kampung Melayu Semarang yang Multietnis dan Islami

Suasana di Kampung Melayu Semarang.
Sumber :

Semarang – Kampung Melayu. Sesuai namanya, ini adalah salah satu pemukiman di Kota Semarang yang pada perjalanan sejarahnya dihuni oleh penduduk yang berasal dari etnis Melayu. Meski begitu, kampung ini juga kental dengan beragam budaya dari berbagai bangsa.

Kota Semarang Raih Juara I Ajang Anugerah Bangga Berwisata Tingkat Nasional

Kampung Melayu pada beberapa abad lalu memang menjadi pusat perdagangan oleh penduduk lokal dan masyarakat pendatang dari Melayu, Arab, Gujarat, dan lain-lain. Adanya pendatang dari Timur Tengah membuat daerah ini menjadi bagian dari sejarah berkembangnya agama Islam di Kota Semarang. Dulu, Lokasi Kampung Melayu yang sekarang merupakan pelabuhan yang menjadi pintu masuk kapal dagang dari berbagai bangsa. Pak Haji Abu Bakar Alatas, tokoh muslim keturunan Arab yang ditujukan di Kampung Melayu, menceritakan, memang awalnya jaman dulu mayoritas penghuni di kampung ini adalah orang Melayu untuk berdagang. Kemudian bergantian pendatang Arab dan Gujarat India juga membuang sauh di sini. Selain berdagang, juga berdakwah. "Disebut Melayu, ya karena memang banyak sekali orang Melayu saat itu. Dan di sini ramai. Pedagang dari berbagai bangsa ikut merapat, tentu saja membawa barang dagangan khas dari daerah tempatnya masing-masing. Arab datang, India datang, lalu ada juga dari Cina dan orang Eropa," jelasnya. Pak Abu Bakar kemudian menunjukkan  beberapa peninggalan yang hingga kini masih ada dan berfungsi seperti biasa. Seperti Masjid Menara dan Klenteng di ujung jalan Kampung Melayu. "Pendatang bangsa Arab dan sebagian Gujarat berdagang sambil berdakwah, dan membuat masjid. Itu masjidnya sekarang masih ada dan tetap asli dan dipakai ibadah. Ini dulu Menara masjidnya juga dipakai untuk mercusuar mengamati kapal-kapal di pelabuhan," jelasnya. Beberapa rumah di sebelah Masjid Menara punya gaya arsitektur Melayu yang khas, berbahan batu bata diselenggarakan dan kayu, dan berantai dua. Hingga Sekarang, kampung ini masih menyiratkan multietnis yang kental. Meski sebagian besar sekarang dihuni masyarakat Jawa, tapi warga keturunan Arab, India, maupun dari berbagai daerah nusantara juga cukup banyak. Kuliner menjadi jejak budaya warga keturunan Arab. Banyak yang menjual nasi kebuli lengkap dengan lauk khasnya. Juga kegiatan lain seperti pengajian, dan lain - lain. Warga keturunan Arab di sini juga berdagang perlengkapan ibadah seperti baju muslim, parfum, peci, kurma, dan lain - lain.