Coffee Latte Art, Sentuhan Barista Ubah Kopi Tak Hanya Sekedar Rasa
Semarang – Perkembangan dunia kopi Tanah Air saat ini terbilang cukup pesat. Menikmati kopi saat ini tidak hanya soal rasa, namun kreasi dalam penyajian juga memiliki nilai lebih untuk meningkatkan daya tarik kopi kepada konsumen.
Salah satu ekspresi seni yang menakjubkan dalam minuman kopi adalah seni latte art. Dengan berbagai kreativitas dan keahlian barista, secangkir kopi latte menjadi kanvas yang indah untuk dihiasi.
Untuk mengasah skill atau kemampuan barista dalam membuat latte art, Bumi Kayom Resto Kota Salatiga belum lama ini menggelar kompetisi bertajuk Ngelatte di Senja. Legiatan ini diikuti puluhan latte artist dari berbagai coffee shop Jawa Tengah dan DIY.
Puluhan barista pun saling beradu kepiawaian meracik kreasi seni dalam secangkir latte. Berbagai ide dan gambar dituangkan di dalam gelas. Para peserta dinilai secara keseluruhan mulai dari pattern latte art yang digambar, teknik yang digunakan, hingga kerapihan dan kebersihan dalam proses membuatnya.
Seroang barista dari Solo, Reyhan mengatakan dirinya menjadi barista sudah selama dua tahun dan tertantang untuk mengikuti kompetisi tersebut.
"Belajarnya autodidak, sembari membuat kopi di tempat bekerja, belajar membuat latte art," ujarnya.
Reyhan mengaku fokus di latte art, karena tak hanya menyajikan kopi yang siap dinikmati, namun melalui latte art ia bisa menyajikan seni dalam secangkir kopi.
" Jadi tidak hanya nikmat untuk disruput, tapi juga sedap dipandang. Penikmat kopi bisa merasakan kepuasan tersendiri," imbuhnya.
Sementara Irfan Rizky, Head Trainer Toffin, mengungkapkan kompetisi latte art menggabungkan antara seni meracik kopi dengan seni melukis sehingga menjadi lebih menarik.
" Diharapkan dengan adanya kompetisi ini menjadikan skill barista terus meningkat dan meningkatkan perekonomian melalui bisnis food and beverages di sekitarnya," terangnya.
Latte art pertama kali dikenalkan di Italia pada tahun 1980-an dan menjadi populer di kafe-kafe di seluruh dunia pada awal tahun 1990-an.
" Kompetisi latte art ini dilaksanakan secara berjenjang, tiap ronde dilaksanakan dengan kesulitan masing-masing, model battle. Penilaiannya meliputi kontras, difficulty, creativity," jelasnya.
Dilanjutkan Rizky, kompetisi latte art ini mengedepankan pada penilaian gambar yang dihasilkan oleh barista.
" Fokus ke gambar, karena memang latte art ini menilai hal tersebut. Untuk rasa kopi, tidak masuk ke penilaian," lanjutnya.
Sementara itu Roaster Langit Senja Roastery, Dwi Ubur mengatakan even kompetisi Ngelatte di Senja ini akan diadakan secara rutin setiap tiga bulan sekali. Tujuannya, untuk mengenalkan potensi kopi dari Kota Salatiga dan memerkaya tujuan wisata kuliner.
" Ini baru tahap awal sehingga bisa menjadi wadah silaturahmi para barista dan pelaku industri kopi, dan kami berharap bisa berkontribusi untuk industri kopi di Salatiga," kata Dwi.