Semarang Banjir, Pemkot: Kondisi Infrastruktur Belum Optimal
Viva Semarang – Banjir yang kerap melanda Kota Semarang menjadi perhatian serius Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang. Berbagai upaya telah dan terus dilakukan untuk menangani penyebab banjir serta mengurangi dampaknya bagi masyarakat. Wali kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan jika banjir yang terjadi di Kota Semarang tidak hanya dipicu oleh faktor alam, tetapi juga akibat kondisi infrastruktur yang belum sepenuhnya optimal.
Menurut wali kota yang akrab disapa Mbak Ita, beberapa penyebab utama banjir antara lain karena curah hujan tinggi dan cuaca ekstrem.
"Kota Semarang sering mengalami curah hujan tinggi, terutama pada bulan Januari–Februari, diperparah dengan fenomena cuaca global seperti La Niña dan Madden-Julian Oscillation (MJO) yang meningkatkan intensitas hujan dalam waktu singkat,” terang Mbak Ita.
Selain faktor cuaca, drainase perkotaan yang belum optimal diakui wali kota juga menjadi penyebab terjadinya banjir di beberapa titik di ibu kota Provinsi Jawa Tengah.
“Sistem drainase di beberapa wilayah mengalami sedimentasi, penyempitan saluran, dan penyumbatan akibat sampah. Selain itu, beberapa rumah pompa di bawah pengelolaan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) belum beroperasi maksimal sehingga memperlambat pembuangan air,” lanjutnya.
Meluapnya sungai-sungai utama seperti Sungai Banjir Kanal Barat, Sungai Banjir Kanal Timur, dan Sungai Tenggang akibat debit air yang meningkat saat hujan deras menurutnya juga turut memperparah banjir di daerah sekitar.
Menyikapi hal tersebut, Pemkot Semarang tidak tinggal diam. Berbagai program jangka pendek dan jangka Panjang pun dilakukan.
Untuk penanganan jangka pendek, Pemkot Semarang melalui Dinas Pekerjaan Umum telah menambah pompa portable di titik-titik rawan banjir seperti Kaligawe, Muktiharjo Raya, dan Terminal Terboyo, serta mengoptimalkan Rumah Pompa Trimulyo, Tenggang, dan Sringin guna mempercepat pembuangan air ke laut.
“Sungai-sungai utama dan saluran drainase perkotaan terus kita lakukan pengerukan dan normalisasi untuk meningkatkan kapasitas tampung air serta mengurangi sedimentasi dan penyumbatan,” terang wali kota.
Upaya menanggulangi banjir rob juga dilakukan melalui perbaikan dan pembangunan tanggul laut serta percepatan proyek Tanggul Laut Semarang-Demak yang menjadi solusi jangka panjang dalam menahan rob. Melalui kerja sama dengan BMKG, Pemkot Semarang secara aktif memberikan peringatan dini cuaca ekstrem melalui berbagai platform digital, termasuk aplikasi InfoBMKG dan media sosial.
Sedangkan untuk penanganan jangka panjang dilakukan melalui revitalisasi dan peningkatan sistem drainase, kemudian pembangunan saluran drainase baru dan perbaikan sistem drainase lama di wilayah perkotaan.
“Penerapan teknologi drainase vertikal (sumur resapan) dan biopori juga kita galakkan guna meningkatkan daya serap air ke dalam tanah,” tutur Mbak Ita.
Pembangunan waduk dan kolam retensi juga dilakukan sebagai upaya untuk menampung air sementara sebelum dialirkan ke laut. Di samping itu, Pemerintah Kota Semarang juga berencana membangun waduk tambahan di Semarang Selatan dan Timur untuk mempercepat proses pengendalian banjir.
"Tidak kalah penting juga adalah penerapan moratorium alih fungsi lahan resapan untuk menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan dan penambahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai langkah strategis untuk meningkatkan resapan air,” tegasnya.
Mbak Ita menegaskan bahwa penanganan banjir merupakan prioritas utama dalam pembangunan kota yang berkelanjutan. "Kami terus berupaya memperbaiki infrastruktur, meningkatkan koordinasi dengan berbagai pihak, serta mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga lingkungan ," kata Mbak Ita.
Kolaborasi menjadi kata kunci dalam penanganan persoalan banjir. Karenanya, Pemkot Semarang terus bekerja sama dengan BBWS, Kementerian PUPR, dan juga BMKG untuk percepatan program pengendalian banjir. Selain itu, juga sinergi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam mempercepat pembangunan tanggul laut Semarang-Demak guna mengatasi banjir rob secara berkelanjutan.
Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, diharapkan masalah banjir di Kota Semarang dapat dikendalikan secara efektif dan berkelanjutan.(EF)