Menebar Harmoni Merajut Inspirasi Di Lereng Gunung Telomoyo
Semarang – Kabut tipis tampak menyelimuti Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Dusun yang berada di lereng gunung Telomoyo ini memiliki ketinggian 1.047 mdpl sehingga udara cukup sejuk di tengah kesibukan masyarakatnya yang mayoritas merupakan petani dan peternak sapi.
Namun siapa sangka berkat pemikiran salah seorang pemudanya, dusun yang awalnya tidak pernah terdengar namanya, kini menjadi salah satu wilayah dengan kunjungan wisatawan yang cukup tinggi di Kabupaten Semarang.
Namanya Trisno, pria kelahiran tahun 1981 tersebut berhasil membuat dusun Tanon dikenal oleh masyarakat luas sebagai salah satu dusun Budaya yang memperkenalkan berbagai tarian asli desa mereka.
Trisno menceritakan awal mula Ia memiliki ide gagasan untuk mengenalkan Tanon sebagai desa budaya. Untuk memperkenalkan Tanon, Ia memilih julukan desa 'Menari' bagi Tanon.
" Secara kata desa menari diambil dari kata dasar tari. Itu karena desa kami memiliki beberapa kesenian tarian asli yang sudah ada sejak nenek moyang dan menjadi warisan budaya. Tari tarian tersebut diantaranya tari topeng ayu, kuda debog,warog kreasi dan beberapa kesenian lainnya. Namun kami memilih kata menari bisa diartikan secara akronim dari menebar harmoni, merajut inspirasi, menuai memori. Ini yang kami tawarkan di Tanon agar pengunjunga dapat merasakan harmoni atau keselarasan yang diberikan oleh alam dan kehidupan masyarakatnya," ujar Trisno saat dijumpai oleh Viva.co.id.
Dalam mengembangkan berbagai seni budaya di desa Menari, Trisno mengungkapkan bahwa Ia tidak sendiri. Bersama dengan masyarakat lainnya dan dibantu berbagai pihak luar, kemajuan dan promosi desa Menari bisa dicapai.
" Awalnya cukup sulit ya untuk mengenalkan dusun kami. Dulu banyak tamu yang justru 'Nyasar' (tersesat) karena nama Tanon itu tidak hanya di tempat kami. Namun dengan promosi (branding) yang kami lakukan, membuat nama Tanon desa Menari saat ini cukup mudah dicari melalui internet," ungkap Trisno.
Menurut Trisno, perkenalannya dengan Astra menjadi salah satu titik balik bagi desa Menari dan dirinya. Dimana melalui Astra, Ia belajar berbagai hal mulai dari promosi, pengembangan potensi, dan pembangunan dusun Tanon.
" Saya bersama warga awal mula memulai desa Menari pada tahun 2012 dengan konsep laboratorium sosial. Disini kami tidak hanya menyajikan pertunjukan seni, namun lebih ke mengajak pengunjung untuk mempelajari dan menemukan keselarasan di kampung kami. Pada tahun 2015 saya mendapat penghargaan
apresiasi 'Satu Indonesia Award' yang merupakan salah satu penghargaan dari Astra kepada anak anak muda," kata Trisno.
Diceritakan lebih lanjut oleh Trisno, melalui apresiasi tersebut, kami didorong untuk lebih bisa mengembangkan desa Menari. Dan pada tahun 2016 desa Menari menjadi project ke 27 Kampung Berseri Astra, dan menjadi yang pertama 'Kampung Berseri' diluar Jakarta serta yang pertama di Jawa Tengah.
" Dengan penghargaan yang kami terima tersebut kita harus siap lebih membuka diri untuk berbagai perkembangan sesuai dengan 4 pilar Astra yaitu di bidang Pendidikan, Kesehatan,Lingkungan dan Kewirausahaan. Ini kita jalankan sesuai dengan konsep laboratorium sosial yang kita usung," tambahnya.
12 tahun berlalu sejak desa Menari dilahirkan, kini desa Menari menjelma menjadi salah satu destinasi desa wisata yang menjadi tujuan utama wisatawan dari berbagai wilayah di Indonesia bahkan mancanegara. Dengan menyuguhkan kultur budaya masyarakat desa Ngrawan serta mengajak pengunjung untuk bisa berselaras dengan alam, Desa Menari menjadi sajian pas bagi pengunjung yang ingin menebar harmoni, merajut inspirasi, menuai memori, sesuai dengan arti akronim "Menari".
" Saat ini kami menjadi salah satu desa yang akan dimandirikan oleh Astra. Kami juga menjadi salah satu percontohan bagi kampung kampung lainnya dibawah binaan Astra. Saya merasa bersyukur bisa bekerja sama dengan Astra sejak tahun 2016 silam. Banyak ilmu yang kami dapatkan dari Astra. Selain itu, Astra juga memberikan kesempatan pada kami untuk mendapatkan pembangunan sejumlah infratruktur untuk kemajuan budaya di kampung kami," kata Trisno menutup ceritanya.