Agar Tak Terus Merugi, Dispertanikap Kab. Semarang Genjot Sosialisasi Pertanian Organik

Pertanian Organik Getasan,Percontohan Pertanian Organik Kab Semarang
Sumber :

SemarangJatuhnya harga sayur mayur di tingkat petani saat ini menjadi perhatian Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang. Beberapa komoditi sayur seperti kubis, tomat, dan cabe mengalami penurunan harga yang cukup signifikan.

Terlibat Tawuran 14 Remaja Diamankan Polisi


Tomat saat ini dijuak dengan harga Rp.2.000 per Kg, kubis atau kol saat ini dijual Rp.1.000 per Kg dan aneka jenis cabai saat ini berkisar antara Rp.12.000 hingga Rp.30.000 per kilogramnya. Harga ini merupakan harga di tingkat petani.

Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang Edy Sukarno mengatakan, jatuhnya harga sayur mayur saat ini lebih dikarenakan suplai yang lebih banyak dari permintaan pasar.

" Saat ini sejumlah daerah penghasil sayur sedang panen raya. Sementara permintaan di pasar tetap dan bahkan sedikit menurun," ungkapnya saat dihubungi pada Jumat(11/10/2024).

Ada beberapa faktor yang mulai didorong oleh Dispertanikap guna mrnghindari kerugian petani akibat murahnya harga sayur saat ini. Salah satunya adalah dengan penggunaan alat pertanjan modern dan pupuk organik.

" Saat ini kami tetus mendorong modernisasi alat pertanian. Ini bisa mrnghemat biaya petani dalam mengolah lahan. Selain itu kita juga dorong u tuk bisa menggunakan pupuk organik yang harganya krbih murah dari pupuk kimia," imbuhnya.

Saat ini lahan pertanian organik di Kabupaten Semarang masih belum luas. Baru berkisar antara 3 hingga 4 hektar.

" Ini akan terus kita dorong untuk pertanian organik. Karena selain lebih murah dalam hal produksi, harga sayur organik juga lebih stabil dan memikiki nilai ekonomis yang lebih tinggi," lanjutnya.

Sementara itu, kepala bidang pertanian Dispertanikap Kab. Semarang, Ambar Suryaningsih menambahkan saat ini kelompok tani pertanian organik baru sedikit dan masih di wilayah sekitar Getasan.

" Untuk pertanian organik ini bari sedikit ya. Ini kan pionirnya tempatnya mas Sofyan, dan saat ini sudah ada beberala kelompok tani dari desa Batur dan Tajuk yang sudah bergabung," imbuhnya.

Meski dinilai lebih menguntungkan dengan harga pasar yang stabil dan tinggi, namun pertanian organik masih belum diminati oleh para petani di Kabupaten Semarang.

" Saat ini kita terus lakukan penyuluhan terhadap para petani, agar bisa beralih ke pertanian organik. Namun hal ini tidak mudah, karena masih banyak petani yang mengejar kuantitas atau levih senang jika bisa oanen dengan cepat. Meski hasilnya sebenarnya semu," lanjut Ambar.