Harapan Baru, Pengobatan Tuberkulosis Resisten Obat Kini Hanya 6 Bulan
- TJ Sutrisno/dok
"Efek pengobatan yang dulu banyak, ada yang sampai gila. Tapi sekarang tidak ada. Habis minum obat, bisa beraktivitas. Jadi jangan takut ketika divonis TBC RO. Meski sakit, tapi ada obatnya. Ini kemajuan baru, harapan baru pada penderita TBC RO," ungkapnya.
Kendati begitu, Diky berharap agar masyarakat memberikan dukungan kepada penderita TBC, untuk berobat hingga sembuh, mengingat TBC mudah menular, dan mengakibatkan kematian. Karenanya, jangan lagi mengucilkan atau mendiskriminasi penderita TBC.
Associate Director Yayasan KNCV Indonesia, dr Yeremia PM Runtu, mengajak seluruh pihak untuk menyosialisasikan pengobatan baru untuk penderita TBC RO. Sehingga, TBC di masyarakat dapat dieliminasi atau dihilangkan.
Ditambahkan, pengobatan baru BPaL/M, membuat penderitanya lebih nyaman, karena durasinya hanya enam bulan. Dan sebanyak 80-90 persen penderita TBC RO bisa diobati dengan cara itu.
"Kemajuan pengobatan baru untuk TBC resisten obat, bisa dinikmati juga di Jawa Tengah, khususnya di Kota Semarang," ungkap Yeremia.
Menurutnya, dulu TBC RO hanya ditemui pada penderita yang putus pengobatan karena ketidakpatuhan meminum obat, atau pada mereka yang pernah dinyatakan sembuh tapi kemudian kambuh, sehingga mereka resisten atau kebal terhadap obat.
Kini sudah ada penderita TBC RO yang primer, artinya dulu tidak pernah sakit TBC, tapi begitu terkena TBC langung menjadi resisten obat.